ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
07 Mei 2013, 17:05

Diskusi Pendidikan Bahas Deschooling Project

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam diskusi ini Daniel banyak mengemukakan gagasan mengenai deschooling project. Gagasan ini secara ringkas berarti ajakan untuk tidak menganggap sekolah sebagai satu-satunya tempat belajar. Menurutnya, mempertaruhkan masa depan kepada sekolah adalah sebuah kesalahan besar. ”Sekolah adalah konsep baru yang lahir dari masyarakat barat untuk menciptakan pekerja-pekerja pabrik,” kata Daniel.

Saat ini, masyarakat dipaksa untuk percaya bahwa pendidikan di sekolah adalah lebih baik dari pendidikan di luar sekolah. Semakin banyak waktu yang dihabiskan di sekolah maka akan semakin baik pulalah kualitas seorang manusia. Padahal menurut Daniel, sekolah lah yang bertanggung jawab atas berbagai kerusakan yang dialami masyarakat saat ini.

Ia mencontohkan, pendidikan di sekolah telah mengasingkan anak dari lingkungannya. Seorang anak nelayan yang mendapat beasiswa sekolah, setelah selesai tidak akan mau menjadi nelayan. Ini menjadi bukti bahwa sekolah tidak berhasil menciptakan siswa yang terampil mengurusi lingkungannya. ”Akibatnya, yang tinggal di desa-desa menjadi nelayan dan petani adalah orang-orang tua, tidak ada anak muda,” ujar dosen Jurusan Teknik Kelautan ini.

Daniel menjelaskan, seharusnya, proses belajar tidak selalu dikaitkan dengan sekolah. Seorang anak tidak boleh dipaksa untuk belajar dan diasingkan dalam ruang tertutup seperti kelas. Penelitian neuroscience terbaru membuktikan, pendidikan untuk anak-anak seharusnya dilakukan di alam bebas. ”Mereka harusnya belajar di alam, pasar, bengkel atau rumah mereka masing-masing,” cetusnya.

Lagipula menurut Daniel, konsep sekolah sebetulnya hanya cocok diterapkan pada masyarakat barat. Di sana, institusi keluarga telah sedemikian rusak sehingga tidak mampu mendidik anak menjadi lebih baik. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia seharunya tidak terlalu menggantungkan diri pada keberadaan sekolah. ”Rumah adalah lingkungan belajar terbaik yang pernah ada. Sebelum ada sekolah, rumah menjadi unit paling produktif dalam masyarakat,” pungkas Daniel. (ram/fi)

Berita Terkait