Subali dan Sugriwa merupakan dua di antara tujuh tim yang turut berpartisipasi pada kompetisi Chem-E-Car. Chem-E-car adalah sebuah kompetisi mobil dengan bahan bakar yang dihasilkan dari reaksi bahan-bahan kimia. ”Ini merupakan Chem-E-Car yang kedua sejak 2011 lalu,” tutur Hanif Mubarok, ketua panitia.
Ia pun menjelaskan bahwa kompetisi ini bukanlah seperti kompetisi mobil-mobil kebanyakan yang lebih mengadu kecepatan. Chem-E-Car lebih menekankan efisiensi serta sejauh mana bahan bakar yang disediakan bisa menjalankan mobil yang ada.
Hal itu bertujuan agar peserta bisa menghitung bahan bakar yang dibuat untuk bisa menggerakkan mobil hingga jarak yang ditentukan. ”Untuk race pertama kita tetapkan 22 meter,” ujar Edwin Kurnia, ketua seksi acara. Jarak 22 meter tersebut harus ditempuh dalam waktu kurang dari dua menit.
Peserta harus bisa menghitung jumlah bahan bakar yang dibutuhkan. Sehingga mobil bisa tepat berhenti di jarak yang telah ditentukan. "Ketepatan itulah yang dinilai. Jika tidak mencapai jarak tersebut, maka nilai akan berkurang. Begitu juga jika melewatinya," terangnya.
Selain itu mobil tersebut harus membawa beban sebesar 10 persen dari total berat mobil. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini beban yang dibawa berupa air dan bahan bakar itu sendiri.
Tahun ini empat universitas turut berpartisipasi pada Chem-E-Car. Peserta kompetisi tersebut antara lain, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan juga Politeknik Negeri Bandung (Polban). UGM mengirim tiga tim dan Polban dua tim. Sedangkan UI dan ITS masing-masing mengirim satu tim.
Edwin menjelaskan bahwa sejarah kompetisi ini sebenarnya berasal dari Amerika. Tetapi, sejak tahun 2011 lalu Indonesia telah berusaha untuk mengembangkannya. ”Asosiasi Pendidikan Tinggi Teknik Kimia Indonesia (Aptekindo) menunjuk ITS sebagai penyelenggara dalam dua tahun terakhir ini,” jelas Edwin.
Fenomena semakin minimnya bahan bakar dari waktu ke waktu melandasi diselenggarakannya kompetisi ini. Bahan bakar dari reaksi kimia ini diharapkan bisa menjadi sebuah energi alternatif yang terbarukan. ”Dengan adanya komunitas Chem-E-car ini, kita bisa terhubung satu dengan yang lain untuk sama-sama memecahkan masalah energi,” pungkas Edwin. (guh/izz)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan