Kecamatan Gunung Anyar merupakan suatu wilayah yang memiliki potensi ecowisata mangrove untuk dikembangkan. Namun, sangat disayangkan apabila kondisi air sungai di sana mengurangi keindahan wisata. Apalagi jika sungai tersebut menjadi akses utama untuk menikmati karya alam.
”Terdapat banyak sampah yang mengotori sungai,” tutur Iva Yenis Septiariva, Kepala Departemen Ristek BEM FTSP. Oleh karena itu, dibuatlah alat yang dapat digunakan untuk mengeruk sampah dari air sungai. Usai melakukan beberapa kali survei, akhirnya tim khusus dari BEM FTSP pun menginisiasi ide tersebut yang kemudian direalisasikan sejak pertengahan Februari lalu.
Sebelum diresmikan, dilakukan juga uji coba alat untuk memastikan kinerja dan keamanannya terhadap lingkungan sekitar. ”Selain ingin memastikan alat ini dapat bekerja dengan baik, kami juga memperhitungkan keselamatan kerja ketika alat ini dioperasikan,” lanjut mahasiswi yang akrab disapa Iva tersebut. Setelah uji coba dirasa cukup dan alat dapat difungsikan dengan baik, TTG asli karya mahasiswa FTSP ini resmi diluncurkan pada saat penutupan kampung binaan FTSP kemarin.
Usai diresmikan secara simbolis, penggunaan dan perawatan alat dijelaskan. Alat pengeruk sampah ini memiliki garu di bagian ujungnya. Garu itulah yang nantinya digunakan untuk mengeruk sampah yang ada di sungai. ”Jadi, nantinya garu tersebut mengambil sampah yang ada di sungai untuk dialihkan ke lahan sampah yang sebenarnya,” jelasnya.
Untuk mengoperasikan alat tersebut, BEM FTSP menjalin kerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Provinsi Jawa Timur. ”Nantinya dari pihak merekalah yang akan secara berkala datang ke sana untuk mengoperasikan dan merawat alat tersebut,” tambah Iva. Harapannya masyarakat juga dapat turut serta memanfaatkan alat itu nantinya.
Sebagai langkah antisipatif terhadap penyalahgunaan alat, pengeruk sampah ini memiliki gembok sehingga tidak sembarangan digunakan. ”Khawatirnya nanti tidak hanya sampah yang dikeruk, tapi juga sedimen atau material-material lain yang terkandung dalam sungai tersebut turut diambil,” lanjut mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan tersebut.
Untuk perawatan alat, BEM FTSP juga mempercayakannya kepada pihak Dinas PU. Agar alat tetap terjaga kondisinya, maka harus dipastikan gigi pemutar tuas garu dan roda gigi alat tidak mengalami korosi. Perawatan tersebut dilakukan dengan cara memberikan pelumas ke bagian tersebut secara kontinyu.
Dengan menetapkan Standard Operational Procedure (SOP) tersebut, Iva berharap semuanya berjalan sesuai rencana. ”Semoga alat ini dapat membantu masyarakat di sana untuk mengembangkan potensi wisata yang mereka miliki,” tutupnya. (oly/ran)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung