ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
25 April 2013, 00:04

Mini Indonesia di Pasar Tradisional

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Memasuki kawasan pasar tradisional ini, pengunjung disambut dengan alunan lagu Sinanggar Tullo. Lagu asal daerah Tapanuli ini terdengar dengan iringan gitar, suling bambu, serta sebuah alat musik khas Batak, takgading.

Dengan semangat, mahasiswa Bona Pasogit asal Sumatera Utara ini menyanyikan lagu khas daerahnya di depan stan untuk menarik perhatian pengunjung. ”Bona Pasogit sendiri berarti mahasiswa tersebut berasal dari Sumatera Barat baik dirinya maupun orang tua,” ujar Sepridang Jaya Hutabarat, mahasiswa ITS yang tergabung dalam komunitas tersebut sembari menawarkan bika Ambon ke pengunjung.

Beranjak ke sebelah kiri dari arah pintu masuk pasar, dua naga besar turut menyapa pengunjung yang hendak masuk ke stan mahasiswa asal Pulau Dewata, Bali. Berbagai menu makanan khas Bali pun ditawarkan. Uniknya, makanan yang dibuat oleh mahasiswa asal Bali tersebut dibuat berbeda tiap harinya. Mulai dari sate lilit tuna, ayam hingga blayag pun disajikan. ”Kami sengaja menawarkan hal yang berbeda kepada pengunjung agar tidak bosan datang ke stan kami,” tutur Ade Wahyu Yusaniarta.

Lain halnya dengan nuansa daerah Ponorogo. Nuansa ini bisa dirasakan bila pengunjung mendatangi stan rahayung bumi reyog. Di sana, baju dengan gambar reog dan pernak-pernik seputar reog dijual.

Tak ingin kalah dengan paguyuban mahasiswa lain, mahasiswa asal Kalimantan Timur mulai menggunakan kostum daerah asal seraya membawa perisai khas Kalimantan. Ajakan pun terus mereka gencarkan ke pengunjung yang hadir untuk mencoba menu makanan khas Kalimantan yang telah disediakan.

Saat semua stan paguyuban menawarkan makan serta minuman dengan kisaran harga Rp 2.000 hingga Rp 10.000, Ikatan Mahasiswa Probolinggo se-ITS, PENS, dan PPNS (Improses) memberikan makanan gratis kepada pengunjung. Rujak mangga dan sari pokak gratis ditawarkan untuk memanjakan lidah pengunjung dengan makanan khas daerah tersebut. Selebaran-selebaran bertuliskan makanan gratis juga diberikan ke pengunjung yang hadir agar mampir di stan tersebut.

Berbeda dengan Keluarga Pelajar Mahasiswa Banyuwangi Surabaya (KPMBS) yang menonjolkan tempat wisata di daerah tersebut. Berbagai foto tempat wisata dan adat daerah setempat pun dipampang di dinding stan. Tak lupa, rujak soto makanan khas Banyuwangi ikut di jual dengan harga yang terjangkau.

Makanan asal daerah berupa pecel dan gendar pun turut dibuat oleh Ikatan Mahasiswa Sukoharjo Surabaya (IKEMAS). Identik dengan pisang, membuat Ikatan Mahasiswa Lumajang (Imajaya) menggembar-gemborkan pisang agung yang ukurannya lebih besar dari pisang biasanya. Tak mau ketinggalan, Ikatan Mahasiswa Jakarta se-Surabaya ikut menawarkan es putar dan nasi uduk serta menonjolkan ondel-ondel pada stannya.

Ilmu pengetahuan terkait bahasa daerah masing-masing juga ikut ditunjukkan oleh beberapa stan. Seperti halnya Ikatan Mahasiswa Indonesia Sulawesi Selatan (IKAMI) yang menampilkan huruf aksara lontara. Begitu pula juga aksara Lampung dengan bentuk tulisan yang terkesan rumit. ”Bukan cuma di Jawa, di Lampung juga ada aksara Lampung yang memang bentuk tulisannya agak mirip aksara di Jawa,” komentar Adha Isori Hartata Dalimonte, saat ditemui di stan Lampung. (sha/esy)

Berita Terkait