Mengenakan kebaya berwarna ungu, Fatma tampil di panggung Grand Amphitheatre, Sorbonne University, Perancis, dengan percaya diri, Kamis malam (28/3) waktu setempat. Bersama 15 perempuan peneliti dari seluruh dunia ia menerima penghargaan International Fellowship L’Oreal for Women in Science 2013.
Fatma adalah satu dari tiga perempuan yang menjadi wakil Asia Pasifik untuk menerima penghargaan tersebut. Dua pemenang lain adalah Kanika Mitra dari Bangladesh dan Enkhmaa Davaasambuu dari Mongolia.
International fellowship sendiri terbagi menjadi dua jenis penghargaan. Yakni kategori peneliti senior dan kategori peneliti berusia kurang dari 35 tahun. ”Saya menerima penghargaan untuk kategori peneliti muda,” ujar dosen Jurusan Kimia ITS ini.
Wanita kelahiran Sampang, Madura ini menjelaskan bahwa penelitiannya tentang sponge berawal dari sebuah konferensi di Jordania. Kala itu, Fatma yang tengah menyelesaikan pendidikan merasa tertarik dengan objek presentasi dari seorang profesor asal Perancis. Apalagi hal ini sejalan dengan ITS dalam pengembangan potensi laut.
Pada penelitiannya, Fatma menemukan bahwa sponge ternyata memiliki senyawa yang berpeluang menjadi anti kanker dan anti Alzheimer (sejenis penyakit penurunan fungsi saraf, red). ”Selama ini, saya banyak meneliti tumbuhan. Tetapi ternyata mahluk hidup di laut juga menarik karena senyawa yang dimiliki jauh lebih kompleks,” lanjutnya.
Peraih gelar Doctor of Philosophy (PhD) dari Kyushu University, Jepang ini mengakui telah sejak lama menyukai senyawa sebagai bahan penelitiannya. Alasan ini pula yang membuat dirinya memilih senyawa jamur lingzhi sebagai bahan disertasi S-3nya.
Akhirnya, Mimpi itu Terwujud
Penghargaan sebagai peneliti dunia, sebenarnya telah diimpikan Fatma sejak 2006 silam. ”Kala itu saya melihat melihat leaflet tentang acara itu di kampus. Setelah baca, saya langsung bertekad untuk menjadi pemenangnya suatu hari nanti,” terangnya.
Fatma bercerita bahwa di ajang sebelumnya, ia telah mengajukan proposal penelitian ini. Namun, belum mendapat kesempatan untuk lolos. Hal tersebut justru menjadikan Fatma semakin bersemangat. Baginya, yang terjadi bukanlah kegagalan melainkan sebuah untuk berusaha.
Tak hanya itu, Fatma hampir saja tidak jadi mendaftarkan diri. Kesibukan pascamelahirkan membuat dirinya kelelahan. ”Tapi akhirnya, saya tetap memaksakan diri untuk menulis proposal sambil menggendong anak saya yang masih bayi,” ujar penggemar memasak ini.
Diakui istri Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD ini, menjadi perempuan peneliti memang bukan hal yang mudah. Tidak hanya dituntut bekerja lebih keras agar kemampuannya diakui, perempuan peneliti masih harus mengalokasikan waktu untuk berperan sebagai ibu untuk anak-anak. Prinsipnya, seorang perempuan peneliti harus seimbang menjalankan peran sebagai peneliti, istri dan ibu.
Atas keberhasilannya itu, penerima Faculty For The Future Award dari Schlumberger Foundation ini berkesempatan melakukan penelitian di Institute of Natural Products Chemistry, National Center for Scientific Research (CNRS) Gif-sur-Yvette, Perancis. ”Saya berharap apa yang saya lakukan dapat bermanfaat dna mengisnpirasi para perempuan peneliti lain,” pungkasnya. (set/ran)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi