Dalam kesempatan tersebut, Kusumo banyak memberikan saran agar dapat menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Menurutnya, komunikasi dengan anak-anak itu tidak sulit selama anak bisa merasa nyaman. Contoh sederhana adalah dengan memelankan suara, banyak mendengar, dan perhatikan postur.

”Anak-anak, terutama yang berusia kurang dari tiga tahun, nyaman berkomunikasi dengan orang dewasa yang punya posisi sejajar dengannya,” jelasnya. Mereka tidak suka berkomunikasi dengan posisi lawan bicara yang lebih rendah atau lebih tinggi. Oleh sebab itu, orang tua sebaiknya menurunkan postur tubuh setinggi anak.

Begitu halnya dengan mendengar dan berteriak. Seringkali, orang tua menuntut anak untuk mendengarkan. Padahal, orang tua belum tentu siap mendengarkan apa yang diutarakan sang anak. Di samping itu, penulis buku 100+ Ice Breaker Penyemangat Belajar sangat melarang orang tua berteriak kepada anak mereka.

Berdasarkan penelitian yang telah lama dilakukan, Kusumo mengatakan bahwa perkembangan anak turut dipengaruhi bagaimana si anak dididik. Contohnya, adalah pengajaran bahasa tubuh sejak dini. Biasanya, anak yang telah dilatih sejak dini mampu berbicara tiga bulan lebih cepat. Hal itu karena anak sudah terbiasa untuk mengungkapkan pikirannya sejak usia belia.

Contoh lainnya, jika seorang anak sering dimandikan oleh ayahnya sejak kecil maka kemampuan adaptasinya di masa dewasa. Hal ini karena ia telah terbiasa berinteraksi dengan orang sekitar sejak dini.

Di sisi lain, Kusumo memberikan kiat-kiat mengembangkan kecerdasan anak. Salah satunya melalui sentuhan. Dikatakannya, memegang pundak kanan anak akan mengembangkan kemampuan otak kiri anak. Hal ini karena tindakan tersebut dapat memberikan stimulus terhadap otak anak.

Kusumo turut membagikan tips agar anak tidak menjadi nakal. ”Pertama adalah menasehati, Jika tidak berubah langsung memberikan tindakan,”ungkapnya. Cara ini akan membuat anak mengerti, sebab ia lebih mengerti perbuatan dibanding banyak bicara. (nul/ran)