Minatnya menekuni konversi bunyi ini bisa dikatakan sangat besar. Mulanya, Imam terinspirasi dari kebisingan yang timbul oleh mesin kapal. Ketika orang lain merasa terusik dengan hal tersebut, tidak dengan pemuda satu ini. Imam justru berpikiran bahwa di situlah potensinya. ”Andai saja kebisingan ini bisa dikonversi menjadi energi listrik, pasti listrik yang dihasilkan tidak habis-habis,” pikirnya kala itu.
Lantas, Imam pun beride untuk manfaatkan kebisingan itu dengan mengubah frekuensi bunyi sebagai input menjadi energi listrik dan kemudian disimpan. Caranya yaitu melalui penyaluran frekuensi bunyi dari mikrofon ke material piezoelektrik. Material ini memiliki karakteristik yang sensitif terhadap getaran. Dengan meningkatkan sensitivitasnya, getaran bunyi yang ditangkap dapat dikonversikan menjadi energi listrik.
Imam menyadari bahwa riset ini tentu memerlukan banyak dana. Ia pun mulai mengikutkan idenya dalam berbagai kontes keilmiahan, seperti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM). Tidak sia-sia, bersama timnya Imam berhasil menggondol medali di Pimnas 24 Makassar.
Belum puas dengan capaiannya tersebut, mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan ini kembali melombakan idenya melalui membentuk tim baru dan mengajukan proposalnya pada tahun berikutnya melalui PKM bidang penelitian yang di adakan oleh Dikti. Dalam perlombaan tersebut, dua proposal yang diajukan didanai cukup besar. Berbekal dana tersebut, Imam dan timnya melanjutkan penelitian unik ini.
Namun diluar dugaan, riset yang dilakukan Imam tak kunjung menemui ujung. Tak sekali timnya berganti-ganti personil lantaran jenuh dengan waktu riset yang tidak sebentar tersebut. Hal tersebut sempat membuat semangat Imam naik dan turun.
Walaupun begitu pemuda jangkung ini tidak patah arah. Jika saja bukan karena bayangan orang tua di benaknya, bisa saja saat itu ia mutung. Namun, ia telah bertekad sejak awal masuk kuliah untuk tidak mengecewakan ke dua orang tuanya. Salah satunya adalah dengan menjadi mahasiswa prestatif selama kuliah. ”Itu bisa membahagiakan orang tua saya,” ucapnya. Hal itu membuatnya bangkit.
Satu hal lagi yang membuat Imam tak patah semangat adalah orang-orang terdekatnya. Hal tersebutlah yang selalu membuat Imam bangkit dan terus melakukan improvisasi terhadap idenya, dan memacu semangat lewat mengikuti kompetisi. ”Dengan cara itu, bisa menambah motivasiku dan rekan-rekanku,” katanya.
Imam lalu mendaftarkan ide konversi energi bunyi miliknya dalam ajang Paper Presentation National Association of African American Studies and Affiliates di Amerika. Niat ini muncul dari keisengannya mencari informasi lomba di situs search engine. Tanpa pikir panjang, pemuda kalem ini mendaftarkan diri.
Ia menyiapkan segala berkas yang dibutuhkan untuk kompetisi tersebut yaitu paper presentasi dan sebagainya. Yang tidak kalah penting, biaya hidup dan perjalanan ke sana. ”Konferensi itu tidak membiayai perjalanan dan biaya hidup peserta selama di sana,” sebutnya.
Raih Penghargaan di Amerika
Keberangkatan Imam ke Amerika boleh dikatakan sempat mengalami kegalauan. Di tiga hari sebelum keberangkatan, Imam bahkan belum mendapatkan sponsor. Tentu saja hal ini membuat Imam was-was. Hingga akhirnya pada dua hari sebelum keberangkatan, dengan dibantu oleh Dekan Fakultas Teknologi Kelautan, Imam berhasil mendapatkan sponsor dari PT PAL Indonesia. ”Bapak itu meminta langsung ke sana,” ucapnya penuh haru.
Terlepas dari itu, Imam buta soal Amerika. Wajar, karena mahasiswa satu ini belum pernah ke negeri Obama tersebut sebelumnya. Terlebih Imam pergi ke sana tanpa didampingi satu orangpun. Sadar bahwa nanti butuh bantuan setibanya di sana ia lalu mengontak Perhimpunan Mahasiswa Amerika (Permias). ”Sesaat sebelum tiba di Amerika, saya sempat khawatir apakah dijemput atau tidak sama pihak Permias,” ungkapnya cemas. Namun ia bersyukur kekhawatirannya tidak terjadi.
Konferensi yang diikuti Imam berlangsung selama seminggu sejak 11 Februari kemarin. Bersaing dengan 276 peserta yang lain, Imam berhasil meraih peringkat tiga dalam konferensi tersebut. Keunggulan inovasi riset Imam adalah ketika alatnya diuji dalam simulasi.
Dalam pengujian, rancangan Imam mampu menghasilkan tegangan listrik lebih banyak dari rancangan berupa nanogenerator yang tersusun dari material piezoelektrik juga buatan Profesor Zhong Lin Wang, Georgia Institute of Technology (Amerika), data pembanding Imam. "Di simulasi itu, rancangan saya menghasilkan 1,7 volt dalam satu buah material piezoelektrik, sedangkan ia (Profesor Zhong Lin Wang, red) 1.26 volt dengan 700 buah material piezoelektrik,” ungkapnya optimis. Senang dan bangga tentu saja Imam rasakan ketika menerima pernghargaan tersebut. Namun hal itu tak lantas membuatnya larut dalam euforia.
Ia sadar bahwa untuk melanjutkan riset ini butuh dukungan alat penelitian yang memadai. Ia beranggapan hal itu belum bisa didapatkan di dalam negeri. Oleh karena itu, Imam ingin melanjutkan risetnya ini keluar negeri. Tujuan selanjutnya adalah Massachussets Institute of Techonology (MIT).
Ia mencari tahu informasi yang berkaitan dengan MIT. ”Untuk ke MIT, itu harus punya Test of English as a Foreign Language (TOEFL) bagus, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mumpuni, punya rencana riset dan punya klub riset,” paparnya. Klub riset sudah lama ia bentuk bersama temannya, english speaker sudah lama dilatihnya, dan risetnya sudah berjalan lama, sejak tahun pertama kuliah.
Walau demikian, Imam tetap merendah. Ia tidak terlalu berambisi untuk masuk MIT. Pada akhirnya, Imam tetap berniat untuk terus melanjutkan penelitiannya bersama rekan rekannya. Yaitu Usykur Rahmat Fillah dan M Dwi Bagus dari Fisika ITS 2011, serta Satrio Eko Yulianto dari Sistem Perkapalan ITS 2010.
”Saat ini, saya bersama rekan saya sedang mencoba merancang prototipenya,” ceritanya. Imam ikhlas jika nanti takdirnya tidak mengantarkannya ke MIT. Yang terpenting baginya adalah risetnya ini harus berhasil menghasilkan sebuah pembangkit listrik tenaga bunyi. (nul/fz)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi