ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
21 Maret 2013, 08:03

Ajeng, Finalis Miss Indonesia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menjadi seorang Miss Indonesia rupanya tidak main-main perjuangannya. Terdapat sekitar 4 ribu peserta dari seluruh Indonesia yang berhasil disisihkan Ajeng untuk bisa sampai kepada babak prestisius tersebut. ”Poin utama yang dicari adalah wanita dengan kemampuan intelegensia tinggi nan memiliki banyak talenta,” papar mahasiswi angkatan 2010 ini.

Ini merupakan kali kedua ia mencoba mengikuti perlombaan ini. Awalnya perempuan kelahiran 6 Oktober 22 tahun silam ini cukup kaget ketika mendapat pengumuman kelolosan sebagai finalis ajang kecantikan kaum hawa di Indonesia ini. ”Umumnya postur tubuh mereka lebih tinggi dari saya, rekam jejaknya pun tak main-main, bahkan ada yang sampai telah melalang buana ke berbagai kontes kecantikan di Indonesia,” tuturnya.

Meskipun tinggal di Surabaya, namun Ajeng hadir dalam kompetisi sebagai perwakilan daerah Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Hal ini karena latar belakang keluarganya yang berasal dari daerah tersebut pula. Meski begitu, selama proses seleksi, Ajeng termasuk dalam urutan tiga besar untuk regional Surabaya.

Selama mengikuti kegiatan, sekitar 80 persen kegiatan berlangsung di lingkungan karantina. Sisanya berlangsung di panggung catwalk. Selama 37 hari, kehidupan Ajeng penuh dengan aneka pelatihan, seminar serta berbagai kegiatan lain.

”Hampir semua hal tumpah ruah di sana, mulai dari pembelajaran kepribadian, bertingkah laku, hingga makan dan bicara semua diajarkan,” ulas perempuan yang terampil memainkan alat musik piano ini. Secara keseluruhan, ajang tersebut memberikan kesempatan kepada pesertanya untuk mengeksplorasi jati diri para peserta. 

Selama masa tersebut pula, waktu tidur Ajeng pun berkurang hingga empat jam saja. Rata-rata setiap hari kegiatannya berlangsung sebelum matahari terbit, hingga pukul 01.00 pagi hari berikutnya. Penjagaan ketat sehari penuh juga dirasakannya selama sepanjang waktu itu.

Namun, Ajeng tak lantas tumbang dengan kondisi tersebut. Baginya, treatment itu justru jadi dorongan untuk pengembangan diri sendiri selanjutnya. Ia juga banyak berharap, pengalaman tersebut akan terus menjadi bekal positif bagi masa depannya kelak. (man/lis)

Berita Terkait