Seminar dan workshop bertajuk Indonesia Radar (Indera) pada Selasa (19/3) mengingatkan pentingnya isu tersebut. Untuk memenuhi penjagaan terhadap wilayah yang luas, radar yang dibutuhkan oleh Indonesia harus cukup banyak pula jumlahnya. "Radar di Indonesia masih terbatas, kalau pun ada, radar itu masih digunakan dalam sebuah kapal," tutur pembicara Oktanto Dedi ST.
Membuat radar sendiri sebenarnya tak mustahil. Dedi mewakili sebuah perusahaan bernama PT Dua Empat Tujuh yang sudah membuat radar sejak tahun 2010 silam. Kali ini, mereka fokus terhadap pengembangan jenis array radar. Mereka turut mengajak pemerintah serta beberapa universitas teknik untuk bekerjasama. "Kebanyakan radar saat ini adalah radar dengan antena yang berputar, akan tetapi radar kali ini kita buat yang lebih canggih lagi. Kami berharap ITS bisa turut berpartisipasi," lanjut Dedi.
Beno Kunto Pradekso MSc EE, Direktur Utama PT Dua Empat Tujuh menambahkan bahwa penting bagi bangsa Indonesia untuk menguasai teknologi. Pasalnya, saat ini teknologi menjadi dasar berkembangnya suatu bangsa.
Menurut Beno penghargaan yang diberikan pada para ahli teknik di tanah air terasa masih kurang. Berbeda dengan apa yang dilakukan di negara maju lainnya, engineer sangat dihargai. "Seharusnya penghargaan terbaik patut diberikan kepada engineer di negeri ini, agar mereka selalu bersemangat dalam mengembangkan potensinya," pungkasnya. (guh/lis)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung