Bertempat di Hotel Everbright Surabaya, acara ini diikuti peserta dari Trenggalek, Aceh, Bangka Belitung, dan Jember. Dalam acara ini, peserta mendapatkan materi mengenai Perencanan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK). Acara yang berlangsung sampai Sabtu (16/2) ini merupakan kerja sama antara International Labour Organitation (ILO), Swedish International Development Agency (SIDA) dan ITS
Dalam pembuatan PBPK, terdapat dua tahapan yang jamak digunakan. Pertama, pralokakarya merupakan kondisi awal dari suatu daerah sebelum adanya implementasi dari suatu kebijakan. ”Dalam pralokakarya, suatu potret tantangan ketenagakerjaan dapat diketahui dari data-data sekunder melalui suatu survei,” ujar Dr Janti Gunawan, Dosen Teknik Industri.
Sedangkan tahap kedua yaitu lokakarya. Lokakarya disini digunakan untuk mengatasi masalah yang ada saat pralokakarya, sehingga ouput yang didapatkan dari lokakarya ini merupakan solusi bagi masalah ketenagakerjaan. Dengan demikian, fokus dari PBPK ini untuk mengetahui tantangan ketenagakerjaan daerah.
Dalam dunia ketenagakerjaan ada tiga pilar penting yang saling mempengaruhi yaitu pemerintah, pengusaha atau swasta dan masyarakat. Ketiga pilar tesebut harus saling besinergi. Akan tetapi, kompetensi dari tenaga kerja masih banyak dikeluhkan oleh pengusaha. Mereka (pengusaha, red) lebih menitikeratkan pada masalah attitude dari tenaga kerja yang kurang baik.
Janti menambahkan bahwa ada empat hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan produktivitas, yaitu tingkat modal atau daya saing sumber daya manusia (SDM), tingkat kualiatas pembangunan ekonomi, ketidaksetaraan, dan keberlanjutan.
Setelah workshop ini peserta diharapkan dapat mengimplementasikan materi di daerah masing-masing. Sehingga, pada akhirnya mereka dapat mengajak stakeholder di daerah masing-masing yang terdiri dari pemerintah, pengusaha, dan masyarakat untuk mengatasi masalah ketenagakerjaaan bersama-sama. ”Pemerintah daerah harus membangun ekonomi yang produktif, tidak hanya secara makro saja yang bagus, contohnya provinsi Gorontalo yang berhasil mengimplementasikan perencanaan dengan baik,” ujar Dr Agnes Tuti Msc, dosen Statistika.
Output dari workshop ini untuk membuat rekomendasi yang akan disampaikan kepada pemerintah. Sehingga pemerintah diharapkan dapat membuat perencanaan ekonomi secara matang. Selain itu, acara ini bertujuan untuk mencari solusi atas benang kusut akar masalah ekonomi Indonesia dengan metodologi ilmiah. ”Harapannya dari workshop ini dapat menghasilkan rekomendasi yang jelas tidak normatif,” pungkasnya. (ady/ran)