Bentuknya yang unik dan antik menjadi daya tarik tersendiri dari kerajinan yang diadopsi dari benda khas buatan Suku Chippewa. Menurut sejarahnya, dream catcher digunakan oleh Suku Chippewa asal Negara Mexico Utara untuk menangkap mimpi-mimpi yang bagus. Sedangkan, untuk mimpi buruk dipercaya akan terjebak di tali temalinya lalu hilang bersama terbitnya matahari.
”Suku Cipphewa mempercayainya sebagai jimat yang digantungkan di atas kepala bayi agar mereka dapat bermimpi baik,” Marsha Rizkia, pembicara workshop mengenalkan dream catcher lebih jauh. Tujuannya, agar bayi dapat tidur dengan tenang.
Dalam seminar yang dihadiri 30 peserta ini, Marsha tidak banyak berteori. Berbekal gelang, benang, lem dan bulu, ia mengajarkan langsung pembuatan benda berbentuk jaring-jaring ini.
Selama seminar berlangsung, peserta tampak sangat antusias. Sebagian peserta juga terlihat kesulitan dan merasa bingung ketika harus bermain-main dengan benang ini. ”Membuat benda seperti ini memang harus telaten dan sabar,” lanjutnya. (akh/ran)
Kampus ITS, Opini — Hari Raya Natal merupakan perayaan keagamaan umat Kristiani yang setiap tahunnya dirayakan sebagai momen refleksi
Kampus ITS, ITS News — Isu aksesibilitas dan layanan disabilitas kini tengah telah menjadi perhatian serius di berbagai perguruan tinggi.
Kediri, ITS News — Startup StrokeGuard yang didirikan oleh mahasiswa Jurusan Inovasi Digital Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menjalin
Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan bangga dapat berpartisipasi dalam ekspedisi ilmiah internasional “OceanX –