Tidak dapat dipungkiri, BKIBV memang berperan dalam peningkatan kerja sama ITS dengan industri lain. Hal tersebut dibuktikan dari dana proyek ITS yang meningkat sejak dibentuknya BKIBV. Dana riset yang awalnya hanya sebesar Rp 24 miliar di tahun 2011, meningkat hingga Rp 62 miliar pada tahun 2012. ”Selama tahun 2012 ITS telah mendapatkan 350 proyek yang bisa diartikan satu kontrak setiap harinya,” terang Ir Surjo Widodo Adji MSc, Ketua BKIBV.

Mengingat peningkatan yang begitu drastis, Surjo pun optimis akan proyek yang diterima ITS di tahun 2013 ini. Menurutnya, target awal ITS di tahun 2012 sebenarnya hanya memperoleh dana sebesar Rp 40 miliar. Namun, melihat jumlah yang meningkat drastis, ia pun menargetkan dana kerja sama mencapai angka lebih dari Rp 60 miliar.

Namun, dibalik peningkatan tersebut terdapat beberapa hal yang harus dibenahi oleh BKIBV ITS. Seperti penyediaan modal awal ITS untuk melakukan riset, dan fasilitas tempat yang diberikan untuk melakukan riset. Prof Dr Darminto MSc, Pembantu Rektor IV, menjelaskan bahwa nantinya kampus ITS yang ada di daerah Cokroaminoto dapat digunakan sebagai tempat untuk melakukan riset sembari menunggu gedung pusat riset yang sedang dibangun selesai.

Darminto juga memaparkan masih banyak kekurangan dalam hal fasilitas. Ia pun mengharapkan agar seluruh peneliti ITS bisa tetap berjuang mengerjakan proyek penelitian ataupun kerja sama dengan pihak luar di tengah keterbatasan yang ada. Karena itu, secepatnya nanti akan dibuat peraturan rektor untuk mengatur kerja sama yang dilakukan oleh BKIBV.

Selain itu, Surjo juga memaparkan proses penerimaan dana proyek dari pihak industri. Ia menuturkan, dana yang diterima tersebut langsung masuk dalam rekening rektor. Dana yang masuk tersebut tidak melulu akan dipotong sebesar 10 persen untuk disimpan di rekening ITS. ”Jika proyek yang dilakukan berupa pelatihan, dana yang turun tidak akan dipotong sama sekali karena semuanya akan diberikan untuk tenaga pengajarnya,” imbuh Surjo saat ditemui usai acara. (sha/esy)