ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
20 Januari 2013, 01:01

Peduli Pesisir: Air Bersih Hingga Pengrajin Kapal

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Pada umumnya, sumur-sumur warga Klampis Barat tidak menghasilkan air tawar, melainkan air asin atau payau. Praktis, warga tidak bisa menggunakan air ini untuk kebutuhan sehari-hari. Demi memenuhi kebutuhan air tawar, warga di area tersebut harus rela membeli pada agen-agen air.

Para agen mengalirkan air tawar dengan selang panjang ke rumah warga. Pada jam-jam tertentu, keran air tawar akan dibuka sehingga dapat mengisi tandon-tandon warga. Harga untuk membuka kran selama satu jam adalah Rp 10 ribu. Berapapun volume air yang terisi, warga tetap harus membayar dengan harga yang sama. Padahal, kondisinya tidak menentu, sehingga memberatkan warga.

Prof Dr Daniel M Rosyid PhD MRINA, Pembina UKM MC, memimpin penyuluhan tersebut. Menurutnya, masalah harus disiasati dengan menjalin kerja sama antara beberapa pihak. Daniel bersama anggota UKM MC akan mencoba menjalin kerja sama dengan Departemen Pertambangan dan Mineral Kabupaten Bangkalan untuk memetakan titik-titik air tawar di desa tersebut.

Peta air ini, lanjut Daniel, akan menjadi pedoman untuk pembuatan sumur-sumur air tawar. Ia pun berencana untuk menggandeng PDAM untuk membantu proses pengeboran dan distribusi air. "Paling tidak, kita ingin mengawal sampai warga punya pompa, dan jumlah tandon cukup," katanya.

Pengrajin Kapal Mulai Berkurang
Selain masalah ketersediaan air, Daniel juga menyoroti berkurangnya pengrajin kapal kayu golekan di pesisir Klampis Barat. Kapal tradisional masyarakat setempat ini tidak dibuat dengan berbagai macam perhitungan seperti halnya kapal lain. Proses pembengkokan kayu hingga pengecatan kapal semua dilakukan berdasarkan insting pengrajin. "Pembuatan kapal ini membutuhkan keahlian yang diasah selama bertahun-tahun," tutur guru besar Fakultas Teknik Kelautan ini.

Kini, sebagian besar pengrajin kapal golekan telah berumur lanjut. Di sisi lain, pemuda asli desa enggan menjadi pengrajin kapal. Mereka lebih memilih untuk bekerja sebagai buruh pabrik atau ikut berlayar dengan kapal-kapal besar. "Saya khawatir tidak ada lagi kader-kader pengrajin kapal yang bisa membuat golekan dengan baik, padahal golekan ini hanya bisa dibuat oleh masyarakat Klampis Barat saja," aku Daniel.

Untuk itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan taraf hidup pengrajin kapal golekan. Yaitu melalui menaikkan harga jual kapal dan memperbaiki infrastruktur pendukung kerja nelayan. "Dengan begitu profesi pengrajin kapal akan kembali dilirik oleh para pemuda," tutup Daniel. (ram/lis)

Berita Terkait