Accreditation Board of Enggineering and Technology (ABET) merupakan organisasi asal Amerika Serikat yang bertanggung jawab memantau dan menilai kualitas pendidikan perguruan tinggi dalam bidang ilmu terapan, komputasi, rekayasa, dan teknologi. Sebagai perguruan tinggi yang telah mendapat akreditasi dari ABET, ITB dalam workshop ini berkesempatan membagi pengetahuan mereka tentang akreditasi tersebut kepada ITS.

”Tidak mudah mendapat akreditasi ABET, perlu waktu yang cukup panjang dan juga anggaran yang tidak kecil pula,” ungkap Ir Hermawan Kresno Dipojono MSEE PhD, Dekan FTI ITB. Hermawan mengatakan, untuk memberi akreditasi ABET akan melakukan sejumlah penilaian yang meliputi Program Educational Objectives, Student Outcomes, Professional Component, Students, Faculty, Facilities, Institutional Support  and Financial Resources.

Dalam penjelasannya, Hermawan juga menjelaskan tentang manfaat dan konsekuensi setelah memperoleh akreditasi ABET. Selain mendapat pengakuan dan disejajarkan dengan sejumlah universitas yang memperoleh akreditasi ABET seperti MIT, NUS, Harvard dan University of Barkeley, rupanya perguruan tinggi bersangkutan juga harus memenuhi berbagai kewajiban yang terbilang tidak mudah.

”Ada tambahan beban dan tugas-tugas yang baru, ABET selalu mempertanyakan akuntabilitas, universitas juga perlu mengalokasikan tambahan anggaran,” tegasnya. Tak hanya itu tahap persiapan akreditasi juga memerlukan banyak usaha yang menyita waktu, tenaga, maupun anggaran.

”Jika ITS ingin juga mengambil akreditasi tersebut maka sekurang-kurangnya perlu persiapan dua tahun untuk mendapat hasil yang terbaik, usaha itu dapat dilakukan mulai dari sekarang,” ungkap Hermawan. Keseriusan FTI ITS untuk go international sebenarnya telah dipersiapakan sejak lama, saat ini FTI ITS telah menjalin 20 kerjasama internasional dengan berbagai perguruan tinggi di Eropa, Asia, dan Amerika. (ady/ald)