ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
05 Januari 2013, 13:01

Menyikapi Tahun Baru Ala Bangun Samudera

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

”Semua hari itu baik. Kenapa harus mengistimewakan satu hari yang dipakai untuk berpesta?” ungkap Bangun. Apalagi,. menurut Bangun, pesta dalam pergantian bangun banyak menimbulkan hal yang tidak baik. Diantaranya, campur baur antara laki-laki dan perempuan, pemborosan uang untuk hal yang tidak bermanfaat, gangguan kesehatan karena tidur sampai larut malam.

Permasalahannya, kondisi telah menjadi tradisi bangsa Indonesia yang sulit dihilangkan. Salah satu penyebabnya adalah masyarakat Indonesia terutama kaum muda mudah mempercayai sesuatu termasuk kebudayaan bangsa asing.”Janganlah kita mencampurkan antara yang benar dan yang salah,” lanjut pria yang juga merupakan seorang muallaf ini.

Bangun menambahkan bahwa sebaiknya umat Islam mengikuti penanggalan hijriah. Tahun hijriah sama dengan kondisi bulan yang sesungguhnya. ”Terutama di setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan hijriah.Pasti kita menemukan bulan dalam kondisi bulat sempurna. Sehingga kita disunahkan untuk berpuasa ayyamul bidh,” tutur mantan cak Surabaya ini.

Ia juga menerangkan bahwa nama bulan dalam tahun masehi telah mengalami campur tangan manusia. Seperti halnya bulan Juli yang berasal dari Julius Caecar. Ia adalah salah satu nama raja yang dipakai dalam penanggalan masehi agar namanya bisa selalu dikenang. Begitu pula yang dengan Agustus yang diambil dari nama raja August.

Walaupun sempat molor, namun tak mengurangi keantusiasan peserta kajian. Terutama saat mendengar kisah perjalanan Bangun menjadi seorang muallaf. ”Islam merupakan agama yang sempurna. Karenanya, kita harus bangga menjadi seorang muslim,” terang pria berjenggot ini disela-sela materi yang disampaikan. (sha/ran)

Berita Terkait