ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
29 November 2012, 08:11

Debat Panelis Capres BEM, Penuh Kritisasi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dengan diawali dengan pemaparan visi misi ketiga calon, secara bergantian mereka berorasi dengan gayanya masing-masing. Mendapat kesempatan pertama, R Arif Firdaus Lazuardi tampil penuh semangat. Calon nomor satu ini mengusung semangat independensi mahasiswa.

Selanjutnya, dengan gaya lebih kalem, Arif Rachman Hakim memaparkan visinya untuk menciptakan insan berkarakter demi cita luhur nusantara. Sementara calon terakhir, Zaid Marhi Nugraha siap dengan visinya mengukir mahakarya KM ITS dengan semangat vivat demi terwujudnya kemandirian bangsa.

Sistem dalam debat ini cukup tegas. Setiap calon diberikan waktu terbatas untuk setiap sesinya berkisar dua sampai lima menit. Tambahan waktu sangat jarang diberikan, termasuk kepada panelis sekalipun.

Daniel, selaku panelis pertama mengkritisi dan memberikan saran terhadap pemaparan visi misi setiap calon. Para capres BEM dinilai kurang mengerti apa makna dari visi yang diusungnya. Salah satunya terkait independensi. ”Zaman sekarang yang diperlukan adalah interdependensi, dan sharing. Bukan independen,” ujar Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan ini.

Senada dengan Daniel, Bambang juga turut mengkritisi paparan ketiga calon. Ia mempertanyakan korelasi visi ketiganya dengan hasil Musyawarah Besar IV (Mubes IV). Menurut Bambang, hal ini penting mengingat Mubes IV merupakan kerja keras para pendahulu KM ITS. Terkait hal tersebut, ketiga calon mengatakan bahwa visi misi yang diusungnya telah sesuai dengan Mubes IV.

Sementara itu, panelis ketiga, Indrajaya, banyak menyoroti terhadap dua hal. Yang pertama adalah soal keberlanjutan Latihan Keterampilan Manajerial Mahasiswa (LKMM). Menurut Bambang, semangat LKMM kini sudah mulai kendur. Padahal LKMM merupakan media yang pas untuk mengembangkan kemampuan manajerial mahasiswa.

Sedang yang kedua adalah eksistensi organisasi mahasiswa ekstra kampus (ormek). ”Tidak ada yang salah dengan ormek, yang salah adalah ketika ormek eksis di kampus,” Hal ini lantaran peraturan terhadap aktivitas ormek di kampus sudah jelas. Menanggapi hal ini, ketiga calon sepakat dengan Indrajaya. Mereka pun menjanjikan ketegasan terhadap ormek ketika terpilih nantinya.

Selain itu, evaluasi BEM ITS dan juga menjadi sorotan dalam debat ini. Bambang memaparkan bahwa kepengurusan Imron Gozali menjadikan BEM ITS kental dengan hardskill. Dampaknya tindakan ceroboh jarang dilakukan. Keputusan yang diambil pun banyak dipertimbangkan secara rasional. ”Sayangnya, BEM ITS belum bisa bersuara di kancah nasional,” terang Kepala Badan Kemahasiswaan ITS ini.

Mendapat pertanyaan tentang kepengurusan BEM ITS, ketiga calon mengaku telah banyak belajar sebelumnya. Program kerja yang dicanangkannya merupakan hasil evaluasi dan pengembangan dari kepengurusan tahun lalu.

Kritik Debat Panelis
Terlepas dari ketiga capres BEM, Indrajaya turut mengkritisi pelaksanaan debat panelis ini. Menurutnya, debat panelis yang seharusnya menjadi forum terhormat banyak diremehkan oleh mahasiswa. Hal ini lantaran jumlah mahasiswa yang datang sangat sedikit dibandingkan jumlah mahasiswa ITS.

Menurut dosen Jurusan Sistem Perkapalan ini, debat panelis merupakan wadah dimana mahasiswa mengetahui sosok yang akan membawa BEM ITS setahun ke depan. Jumlah mahasiswa yang datang menunjukkan berapa besar kepedulian mahasiswa ITS terhadapa BEM ITS.

Attitude mahasiswa juga menjadi sorotan bagi Indrajaya. ”Forumnya terhormat, dihadiri dosen. Tetapi kenapa masih ada mahasiswa yang datang memakai sandal?” tanyanya sembari mengkritisi. Hal ini kemudian menjadi tantangan bagi ketiga capres BEM terpilih untuk memperbaikinya.

Meski begitu, panitia mengaku kedatangan mahasiswa dalam diskusi panel ini relatif di luar ekspektasi. Panitia juga mengungkapkan bahwa jumlah mahasiswa yang datang tidak mengecewakan. ”Kami sempat bingung melihat tempat duduk sudah penuh namun mahasiswa terus berdatangan,” tutur Adi Wicaksana, Ketua Panitia Pemilihan Umum 2012. (m5/ran/fz)

Berita Terkait