Seharusnya hari ini mereka hadir. Menyaksikan kota-kota yang sudah mereka tukarkan dengan darah dan keringat, dan kini terbangun rata. Saya membayangkan mereka ada, berdiri, berjalan, di sepanjang jalanan kota. Berpesta bersama. Menatap semua kemegahan dan kemakmuran masyarakatnya.
Apa yang bisa kita banggakan untuk mereka? Kemakmuran itu pasti. Sebuah keniscayaan dari hasil kerja keras, apalagi sebuah perjuangan. Kemegahan menyusul kemakmuran. Itu juga keniscayaan.
Di sisi lain, kemakmuran kita juga masih kecolongan. Di antaranya terselip budaya-budaya instan, kemalasan, kurang bekerja keras, kurang bersemangat, kurang peduli dengan sesama. Hanya sebagian yang masih memilikinya; semangat pembaharuan, dahaga kesetimbangan dan keadilan, dan keberanian untuk berkarya. Hanya sebagian dari mereka pula yang bisa menyebarkannya kepada masyarakat luas.
Pahlawan Hari Ini
Hari ini seorang pahlawan hidup datang bertandang. Mengetuk pintu-pintu hati pendengarnya, mengumandangkan salam perjuangan. Manusia dari berbagai tempat berbondong-bondong, mencari siraman semangat terhormat itu.
Pahlawan hidup mengingatkan akan buruh-buruh usaha kecil menengah. Jumlah mereka paling banyak di seluruh negeri. Tapi pendapatan total yang mereka jauh di bawah sedikit usaha milik para bos dan direktur dengan dasi dan jas. Mengapa bisa demikian?
Pahlawan hidup mengingatkan pada kemampuan anak-anak muda. Yang otak-otaknya masih cemerlang dengan ide-ide yang terus berkembang. Betapa mereka harus mendedikasikan diri untuk orang-orang yang masih ‘terlalu banyak bekerja’. Bukan karena jabatan yang tinggi, tetapi karena bayaran yang tak mencukupi.
Suaranya mengeras, tertahan, menggema ketika berbicara mengenai tindak-tindak kejahatan negara. Mengenai industri-industri dalam negeri yang dimatikan dengan berbagai alasan. ”Membunuh industri itu seperti membunuh manusia, irreversible!” Siapa yang akan mencegah hal itu terulang? Hanya pahlawan-pahlawan yang bisa.
Ketika pahlawan hidup BJ Habibie tersenyum, melucu, terlihat jenaka, para pengamatnya pun ikut terhibur. Ketika ia menangis, para pendengarnya turut menangis. Terharu. Mereka telah, masih, dan akan terus meminjam semangat juangnya. Tanpa jaminan akan kembali kepadanya. Mereka berharap ia takkan pergi, dan akan terus kembali…
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung