ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
23 Oktober 2012, 22:10

LPPM Bahas Food Chain dan Traceability

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Raja Oloan Saut Gurning ST MSc menyebutkan bahwa hal tersebut merupakan dampak dari tidak adanya sistem logistik yang mendukung di Indonesia. Dosen Jurusan Sistem Perkapalan ini menjelaskan, konsolidasi logistik di Indonesia terlalu memakan waktu dan dana yang besar. "Produk kita kalah karena hal ini, bukan karena ada atau tidaknya kapal yang mengangkut di pelabuhan," ujarnya.

Saut melanjutkan, hal lain yang berpengaruh terhadap distribusi pangan di Indonesia adalah perhatian terhadap cold chain (supply chain pengatur suhu, red). Seringkali, pengiriman makanan di palabuhan Indonesia dilakukan dengan serampangan sehingga berdampak pada turunnya kualitas makanan. "Tidak ada sistem pendingin yang tepat dan baik yang disiapkan untuk pengiriman makanan tersebut," ungkapnya..

Ia membandingkan, di banyak negara maju, pengiriman makanan telah dilakukan dengan cara yang lebih baik. Di pelabuhan, produk makanan ditempatkan dalam pendingin yang sesuai untuk tiap jenis makanan. Begitu juga dengan truk-truk pengangkut.

Bila di Indonesia, produk makanan yang diangkut truk hanya dibungkus dengan plastik biasa, maka di negara maju truk-truk tersebut telah diintegrasikan dengan mesin pendingin. "Tidak heran ketika sampai di tempat tujuan, produk makanan kita sudah tidak segar lagi. Sayurannya sudah agak pahit dan buahnya pun rusak," tutur Saut.

Di samping itu, produk pangan Indonesia juga masih sangat bergantung pada musim. Padahal, masyarakat Indonesia terkenal memiliki daya beli yang tinggi. Oleh karena itu, produk pangan luar negeri yang tersedia sepanjang tahun selalu menjadi andalan.

Saut merinci, pada tahun 2011, Indonesia telah mengimpor sebanyak 1,6 juta ton produk buah dan sayuran. Jumlah ini masih terus bertambah dari tahun ke tahun. "Apabila tidak dihentikan, hal ini malah akan membunuh produk dalam negeri kita sendiri," selorohnya.

Selain Saut, dalam acara ini hadir pula Ir Sri Suharti sebagai panelis. Perwakilan dari GS 1 Indonesia ini menjelaskan mengenai proses traceability pada pengolahan makanan segar. Sri menyimpulkan, implementasi sistem traceability dalam supply chain membutuhkan keterlibatan seluruh pihak. "Keterlibatan ini adalah untuk menghubungakan alur fisik dari produk dengan alur informasi mengenai produk bersangkutan," tutur Sri. (ram/esy)

Berita Terkait