ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
08 Oktober 2012, 15:10

Angkat Klimatologi, Sabet Juara Dua e-Icon

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Perlombaan ini diikuti oleh 11 negara dari seluruh dunia, dengan total 20 tim dan 96 peserta. Seleksi tahap pertama pun dilakukan dari proposal yang mereka kirimkan pada awal Agustus lalu. Dinyatakan lolos, pemerintah Korea membiayai semua akomodasi mereka menuju venue perlombaan. ”Dulu kita cuma iseng cari lomba di internet, lalu ikut saja,” ujar Maranu tersenyum.

Ide yang mereka gagas, yakni e-learning tentang iklim dan cuaca. Tak heran bila aplikasinya turut diberi nama serupa, Learning All About Weather. Mereka sengaja memilih tema tersebut lantaran terjadi bencana alam typhoon alias angin topan sekitar seminggu sebelum lomba tersebut dihelat.

Menembak sisi tersebut, mereka memasukkan tips dalam menghadapi typhoon. Bahkan, edukasi terkait cara mengetahui arah datangnya typhoon turut pula mereka masukkan dalam program.

Ide ini berbeda dengan ide awal yang mereka masukkan dalam proposal. Yakni, Vocational Online Center. Dirasanya, ide tersebut kurang memiliki daya tarik dan kurang bisa diterapkan secara global. Menurut mereka, ide awal yang mereka paparkan memang cenderung biasa dan mirip dengan beberapa ide yang telah ada. Misalnya saja, Khan Academy.

Kreatif dalam Waktu Singkat
Dalam lomba ini, mereka hanya diberi waktu singkat untuk mengembangkan kemampuannya. Tiga hari waktu yang diberikan pun harus mampu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk membuat program pembelajaran dengan media e-learning. Pada dua hari terakhirlah, konten e-learning yang telah mereka kembangkan dipamerkan. Sekaligus, dilaksanakan penjurian untuk menentukan pemenangnya.

Waktu singkat tersebut tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Beruntung, mereka telah mempersiapkan konsep ide yang akan digunakan sejak masih di Indonesia, tepatnya seminggu sebelum bertolak ke Korea ”Sehingga di sana kami bisa mengerjakannya langsung,” terang Maranu lagi.

Sejak saat pembuatan konsep di Indonesia, mereka telah merencanakan penggunaan flash dan pemrograman menggunakan action script. ”Yang paling susah dan memakan waktu adalah desain, karena kami harus menggambar setiap objek yang ada di konten mulai dari nol,” tutur Adit sambil mengenang perjuangannya.

Aplikasi yang mereka buat juga memberikan keunggulan tersendiri. Tidak hanya memberikan teori mengenai cuaca dan iklim, namun memberikan pula solusi dan petunjuk secara interaktif ketika menghadapi bencana alam. Utamanya, bencana yang berkaitan dengan cuaca. Contohnya, angin topan.

Selain itu, keunggulan lain terletak pada konten aplikasi yang memiliki menu tersendiri untuk melakukan percobaan secara virtual. ”Sehingga percobaan yang biasanya di laboratorium, bisa dilakukan lebih mudah dan murah,” tambah Adit.

Dalam perlombaan tersebut mereka juga didampingi oleh dua mahasiswa Korea. Tak pelak, perbedaan budaya yang ada harus dipahami. Sehingga, mereka banyak belajar mengenai kebudayaan dan kebiasaan di masing-masing negara yang berbeda.  ”Di sana, kita benar-benar melakukan kolaborasi internasional,” paparnya.

Begadang Selesaikan Program Aplikasi

Waktu pengerjaan program yang singkat tak pelak membuat dua mahasiswa ini begadang hampir setiap hari selama di Seoul. Bisa dibilang, hampir tiap hari mereka baru bisa tidur minimal pukul 01.00. Padahal, mereka diharuskan sudah berada di ruangan acara pada pukul 09.00. ”Sungguh berat dan penuh perjuangan,” ujar Adit sambil tertawa.

Selama tiga hari berturut-turut mereka harus duduk di depan laptop mulai dari pukul 09.00 sampai pukul 23.00. Bahkan, mereka hanya beristirahat selama satu jam dari pukul 12.00. ”Semua perjuangan itu demi terselesaikanya konten kami, untungnya semua perjuangan kami terbayarkan dengan juara,” pungkas Adit lagi.

Sementara itu, jalan-jalan pasca lomba hampir bisa dikatakan tidak ada. Mereka hanya sempat jalan-jalan ke Namsan Tower. Itu pun hanya sekedar melihat-lihat dan naik ke lantai paling atas dari tower tersebut. Namun beruntung, saat dua hari pameran, mereka punya waktu luang pada malam harinya. ”Jadi kita bisa jalan-jalan sendiri mengelilingi Seoul,” tuturnya. (fin/esy)

Berita Terkait