Sekilas, namanya mirip dengan Lab-Based Education, yaitu model pembelajaran yang tengah dikembangkan di ITS. Bermodal satu buah unit laptop dan pengeras suara, satu demi satu file lagu dimainkan dan diperdengarkan bersama-sama. Begitu musik dimulai, semua peserta mendengarkan dengan seksama alunan nada dari speaker. Inilah yang dilakukan komunitas kecil ini setiap dua minggu sekali.
”Semua aliran musik bebas dimainkan di sini,” terang Gamantyo, dosen Teknik Elektro ITS ini. Bukan seperti musik-musik yang biasa terdengar sekarang ini, yang tersebar luas lewat label industri musik masa kini. Di sini, seni musik dari musisi-musisi handal yang tidak tersentuh komersialitas industri justru menjadi favorit.
Gamantyo dan sejumlah penikmat musik lainnya masing-masing menyiapkan tiga hingga empat lagu setiap kali mereka berkumpul. Satu per satu dari lagu tersebut kemudian dimainkan dan didengarkan bersama-sama. Si pemilih lagu lalu harus menjelaskan secara singkat mengenai lagu yang dipilihnya kepada pendengar yang lain.
Kansas misalnya, grup musik tahun 70-an beraliran progressive rock asal Amerika Serikat ini menjadi pilihan Gandu Permana, alumnus jurusan Desain Produk dan Industri (Despro) 1996. Band yang punya genre musik yang khas dan sejarah yang menarik ini dilengkapi dengan instrumen biola serta vokal yang unik oleh Robby Steindhart. Aliran musik progressive rock yang pada masa itu didominasi oleh band-band asal Inggris menjadikan Kansas terbilang tidak biasa.
Gamantyo sendiri punya selera musik bisa dibilang aneh bagi sebagian besar orang. Musik avant-garde karya John Zorn, musisi asal New York, Amerika Serikat menjadi pilihannya. Partitur musik yang bebas dengan konsep eksplorasi bunyi yang beraneka ragam memadukan segala bentuk suara yang dihasilkan alat musik maupun benda-benda lain, menjadi suatu komposisi lagu.
Selain kedua lagu tersebut masih banyak lagi koleksi-koleksi lagu yang menjadi favorit mereka. Ada C Song dari Zeke and The Popo bahkan cover lagu L-O-V-E oleh Tompi dari para mahasiswa peserta. Ada cerita unik di balik masing-masing lagu.
Sampai saat ini, Gamantyo dan para peserta rutin kegiatan ini belum berkeinginan untuk membentuk komunitas yang dengan serius menggarap musik-musik eksperimental. ”Inti dari perkumpulan ini adalah sharing hobi dan pengetahuan tentang musik,” terang lulusan Carleton University, Kanada ini. Namun, Gamantyo menambahkan bahwa keikutsertaan kalangan umum selalu terbuka lebar. (ken/lis)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan