Seminar ini merupakan kegiatan rutin bulanan yang kali ini diadakan ITS dengan Jurusan Statistika sebagai pelaksana. Dr Sutikno Ssi MSi, ketua panitia menyatakan tujuan seminar ini adalah memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti BMKG khususnya di bidang Penelitian dan Pengembangan.
Tidak hanya itu, seminar ini juga bertujuan untuk menjaring hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen terkait bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. ”Diharapkan ada masukan dari para peneliti dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh BMKG,” pungkas dosen Jurusan Statistika ini.
Terdapat 13 narasumber yang didapuk untuk mempresentasikan penelitiannya. Salah satu pembicara dari Unesa, Drs Madlazim MSi memaparkan penelitiannya terkait dengan peringatan dini bencana alam tsunami. Parameter yang saat ini digunakan oleh BMKG dalam menetukan terjadi tsunami atau tidak saat gempa yaitu kedalaman dan magnitudo. ”Terdapat ketidakpastian dari parameter tsunami yang digunakan BMKG sekarang,” pungkasnya.
Ketepatan dan kecepatan parameter yang digunakan tersebut juga dinilai kurang akurat. Madlazim pun mencoba menggunakan parameter lain dalam melakukan identifikasi pra peringatan dini tsunami. Yaitu dengan parameter periode kuningan dan periode T 50 sekon exceeds. Terbukti, dengan menggunakan parameter tersebut, kecepatan dan ketepatan peringatan dini terhadap tsunami menjadi lebih akurat.
Hingga tahun ini, ITS telah banyak melakukan penelitian berkaitan dengan bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Namun, Sutikno menyayangkan penelitian tersebut belum banyak didengar oleh BMKG. ”Padahal ITS pernah melakukan audensi antara BMKG dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITS,” terangnya.
Tetapi, ia melajutkan bahwa saat itu belum ada tindak lanjut nyata dari BMKG. Sutikno berharap selepas seminar ini, kerjasama riset antara BMKG dan ITS dapat ditingkatkan. ” Saya yakin kerjasama ini bisa direalisasikan, apalagi di ITS ada Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim yang bisa menjadi motor penggerak,” tuturnya. (fin/izz)