Lantai empat Gedung Rektorat, tempat tinggal Hartono bersama beberapa kawan cleaning service menjadi saksi kecintaannya pada burung-burung liar di ITS. Bermula dari lamunan tiap pagi tentang apa yang dimakan oleh burung dan siapa yang memberinya makan, hatinya tergerak untuk melakukan sesuatu. ”Akhirnya saya memutuskan untuk memberi mereka makan,” tukas petugas pengantar surat ITS ini.
Hartono memulai ‘hobi’-nya ini sejak awal bulan Ramadan tahun ini. Pada bulan puasa, jam kerja karyawan ITS berkurang hingga satu setengah jam dari jam kerja biasanya. Kala itu, para karyawan sudah boleh meninggalkan pekerjaannya pada jam dua siang.
Kebanyakan karyawan tentu gembira dengan berkurangnya jam kerja di bulan Ramadan. Namun, tidak demikian dengan Hartono. Ia justru mengalihkan jam kerjanya yang tersisa tersebut untuk menjalankan ritual memberi makan burung. ”Kasihan burung-burung di ITS tidak ada yang memberi makan,” tuturnya.
Burung di ITS tidak bisa dibilang sedikit jumlahnya. Di antaranya terdapat burung puter, perkutut, joan, kutilang, serpo atau kuniran, bahkan juga burung gereja. Mereka kebanyakan hidup berkoloni di kampus ITS. Karena tidak ada yang memberi makan, burung-burung ini menjadi pemakan segala. Mulai dari dedaunan, makanan sisa, hingga cacing pun dimakan.
Sejak saat itu, ia mulai membeli pakan burung dengan uangnya sendiri yang juga pas-pasan. Pakan burung yang ia beli di antaranya pakan burung perkutut, beras merah, jagung giling, dan Pur 521. Lalu ia mencampurnya menjadi satu dan menebarkan makanan burung tersebut di titik-titik yang kerap ramai didatangi burung.
Setiap hari menjalankan ritual tersebut, Hartono mulai mengenal makanan apa yang disukai burung-burung di ITS. Dari pengalamannya, ia mendapati mereka tidak menyukai jagung giling dan Pur 521. ”Setiap saya beri makanan itu, tidak ada yang makan,” ujarnya sambil tersenyum.
Pernah pula ia mencoba membeli beberapa buah pisang dan pepaya. Lalu, ia letakkan di atas dahan pohon depan Gedung Rektorat yang kerap menjadi tempat hinggapnya burung. Anehnya, buah-buahan tersebut tidak banyak dimakan.
Padahal, Hartono membeli buah-buahan tersebut bukan tanpa alasan. Ia pernah memakan buah pepaya dan membuang sisanya secara asal. Tiba-tiba, sisa buahnya tersebut ditandangi oleh burung-burung dan dimakan. ”Aneh sekali, ketika disediakan dengan sengaja malah tidak ada yang makan,” ujarnya berkisah.
Trauma Burung pada Manusia
Sempat terbersit dalam pikiran Hartono bahwa burung-burung di ITS itu trauma terhadap manusia. Pasalnya, burung-burung tersebut acapkali ditembak dan diburu oleh manusia. ”Mungkin mereka merasa aneh tiba-tiba ada manusia yang memberi makan,” candanya.
Sehingga, burung-burung tersebut cenderung takut untuk memakan makanan yang ia berikan. Dari observasi kecil-kecilan yang ia lakukan, burung-burung itu bahkan tidak berani untuk sekedar mendekati makanan yang ia berikan. Bahkan sampai Hartono berpikir mungkin mereka telah diperingatkan oleh nenek moyang mereka agar tidak memakan pemberian manusia.
Begitu pula saat ia menambahkan air minum dalam daftar pemberiannya untuk burung. Hanya sedikit burung yang mau meminumnya. ”Mungkin mereka butuh waktu untuk mulai percaya lagi pada manusia,” tukasnya menerawang.
Fakta lain yang mendukung yakni burung-burung ITS tidak banyak muncul di siang hari. Mereka cenderung berkeliaran dengan riang di pagi hari dan sore hari saat sivitas akademika tidak memadati kampus. ”Di luar jam itu, mereka lebih banyak tiarap. Meskipun ada hanya sedikit yang berkeliaran,” jelas pria asal Surabaya ini.
ITS Dukung ‘Hobi’ Hartono
Ritual memberi makan burung itu terus berlanjut hingga akhir September ini. Bedanya, kini Hartono menjalankan ritualnya bersamaan dengan pekerjaannya, sebagai pengantar surat. Setiap ada tugas mengantar surat, ia membawa sekantong makanan burung untuk ditebarkan di titik-titik banyak dipadati burung di sepanjang rute antar surat.
Yakni dari Gedung Rektorat, Jurusan Arsitektur, Teknik Sipil, lalu memutar hingga gedung baru Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM). Setiap harinya, hampir tiga kali Hartono berkeliling mengantar surat dan memberi makan burung. ”Saya sampai hafal di mana saja titik burung-burung biasa nangkring,” guraunya.
Kini, Hartono melakukan ritual memberi makan burung tersebut tidak dengan uangnya sendiri. ITS melalui Badan Koordinasi Pengendalian dan Komunikasi Program (BKPKP) memberikan dana kepada Hartono untuk terus melanjutkan hobinya tanpa harus merogoh koceknya sendiri.
Sebab, yang dilakukan oleh Hartono sejalan dengan program ITS Eco Campus yang kini sedang digalakkan. ”Senang sekali, semoga banyak orang yang lebih peduli dengan burung di ITS,” tutupnya berharap. (fin/fz)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,