Walaupun bukan penduduk asli Papua, tapi Siti telah tinggal di pulau yang kaya akan bahan tambang itu sejak usia lima tahun. Keluarganya sendiri berasal dari Lamongan. Hal ini membuatnya tidak sulit beradaptasi dengan situasi baru di Surabaya.
Jauhnya tempat tinggal tidak menyurutkan semangat Siti Qomariyah dalam menempuh pendidikannya di ITS. ”Saya senang bisa berkuliah di sini,” ujarnya ketika ditemui usai acara Informasi dan Pengenalan ITS (IPITS).
Keprihatinan akan kondisi pertambangan di Indonesia yang banyak dikuasai pihak asing menantang Siti untuk memperbaiki keadaan tersebut. ”Saya bener-benar ingin masuk di Jurusan Teknik Material,” tegasnya.
Setelah mencari informasi dari berbagai sumber, empat perguruan tinggi menarik perhatiannya. yaitu ITS, UI, ITB dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta).
Namun tantangan terbesar justru datang dari keluarga sendiri. Orang tuanya lebih menyetujui ikut kursus busana atau kuliner. Jarak yang jauh dari rumah turut menjadi pertimbangan tersendiri.
Akibatnya, Siti sempat pasrah untuk tidak melanjutkan kuliah. ”Sampai pada hari kelima sebelum jalur SNMPTN undangan ditutup, saya belum daftar. Tapi untungnya teman-teman yang memaksa saya untuk daftar,” terangnya.
Setelah melakukan diskusi lebih lanjut dengan kedua orang tua, Siti akhirnya hanya diperbolehkan berkuliah di daerah Surabaya. Ia pun mengikuti SNMPTN jalur undangan untuk ITS dan Universitas Airlangga (Unair). Akan tetapi, Siti benar-benar berharap bisa masuk ITS.
Bahkan perempuan kelahiran 22 November 1993 ini sempat pula merasakan depresi. Ia sangat takut tidak diterima di ITS. Selama dua hari ia tidak makan dan hanya diam saja. ”Saat itu kondisi fisik saya benar-benar menurun drastis,” terangnya lugas.
Ketegangan yang dialaminya pun berubah menjadi kelegaan kala pengumuman keluar. Mimpinya untuk kuliah di Jurusan Teknik Material dan Metalurgi pun terwujud. Ia pun bergegas untuk menjalani daftar ulang. Sebuah tantangan lain kembali dirasakannya kala kapal yang dinaikinya terlambat tiba di Surabaya.
Untungnya ia dibantu oleh kakak kelasnya dahulu yang juga berkuliah di ITS Jurusan Teknik Fisika, Amar Muhammad. ”Mas Amar membantu saya untuk melobi rektorat karena kapal tumpangan saya terlambat datang,” ungkap Siti. (sha/lis)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,