ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
17 Agustus 2012, 05:08

Baterai Robot Dilarang Masuk Pesawat

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sejak pukul tiga dini hari, tim robot ITS telah bersiap menuju bandara internasional Juanda Surabaya. Setibanya di bandara pada pukul empat, mereka telah melakukan check-in dan menunggu waktu salat subuh tiba.

Ketika check-in, barang-barang yang direncanakan akan masuk kabin ternyata terlalu besar ukurannya. Sehingga, harus dimasukkan ke bagasi pesawat. ”Selain itu tidak ada masalah pada check-in,” ujar Tegar Palyus Fiqar, salah satu anggota tim robot.

Tiba pada tahap pemeriksaan sebelum masuk ke pesawat, ternyata 20 buah baterai robot yang dibawa dalam tas tim robot ITS tidak lolos pemeriksaan. Karena dianggap benda yang membahayakan penerbangan. Baterai tersebut pun tidak diperbolehkan masuk ke bagasi. ”Dan tidak bisa dipaketkan bersama robotnya,” lanjut mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ini.

Beruntung, mereka telah memperkirakan kejadian tersebut, sehingga telah mempersiapkan surat resmi dari rektor ITS. Rencana lainnya yang kemudian disetujui oleh pihak maskapai penerbangan adalah masing-masing tim robot membawa dua buah baterai. Sehingga baterai tersebut tidak berada dalam satu tempat saja.

Setelah berdiskusi selama 45 menit dengan petugas maskapai penerbangan, akhirnya baterai tersebut lolos dari pemeriksaan. ”Kami menjelaskan kebutuhan baterai tersebut saat lomba,” imbuh Tegar.

Sebelas orang dari ITS dan sembilan orang dari Dikti serta Televisi Republik Indonesia (TVRI) ini tiba di Hong Kong pukul 12.15, dan segera melakukan pengurusan imigrasi. Beruntung, tidak terjadi kendala apapun dalam tahap ini. Sehingga, beberapa saat kemudian mereka telah dijemput oleh panitia Aburobocon 2012.

Tidak ada kegiatan khusus tim robot setibanya di Hong Kong, mereka banyak beristirahat agar badan tetap fit hingga kontes dimulai pada Minggu (19/8). Rencananya, Jumat (17/8) mereka akan memulai pengecekan robot RI-NHO yang telah dikirimkan satu bulan lalu.

Iklim Hong Kong yang tidak jauh berbeda dengan Indonesia tidak membuat mereka kaget. Sehingga, tidak ada penyesuaian khusus yang harus mereka lakukan. Namun, permasalahan lain yang cukup menjadi perhatian adalah di distrik Tsuen Wan tempat mereka menginap tidak tersedia makanan halal. ”Benar-benar tidak ada sama sekali di sini,” ujarnya. (fin/fi)

Berita Terkait