ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
30 Juli 2012, 14:07

Urung Bernasib Nahas, Antena Raih Emas

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tidak mudah bila harus mengerjakan tugas akhir (TA) dan PKM secara bersamaan. Terlebih lagi ketika tiga anggota lainnya juga tengah sibuk mengerjakan TA masing-masing. Inilah yang terjadi pada tim PKM KC berjudul Antena Mikrostatif Compact Dengan Tapered Peripheral Slits Untuk Payload Setelit Nano Pada Frekuensi 436,5 MHz. Pembagian waktu yang baik terus dilakukan agar dapat maksimal di semua bidang.

Ide antena tersebut berawal dari rencana konstruksi satelit untuk melihat kondisi bumi dari luar angkasa oleh Komunitas Satelit ITS. Pembuatan satelit sendiri merupakan proyek nasional dan ITS merupakan perguruan tinggi yang dipercaya untuk membuat ground station

Antena tersebut dirancang untuk satelit yang berdimensi panjang, lebar dan ketinggian masing-masing 10 sentimeter. Karena ukurannya yang sangat kecil, antena itu harus benar-benar sesuai untuk menangkap dan memancarkan sinyal dari bumi.

Untungnya, anggota tim yang mencakup Yahya Syukuri Amrullah, Widyanto Dwiputra, Muhammad Hasan Mahmudy serta Wahyu Setyo Budi berasal dari komunitas itu sendiri. Sehingga pencarian referensi dan pendalaman materi seputar teknologi antena menjadi lebih mudah.

Bak gayung bersambut, jerih payah para mahasiswa Jurusan Teknik Elektro itu akhirnya membuahkan hasil. Alan menerangkan bahwa kelompoknya tidak pernah menyangka akan terus melaju hingga Pimnas. ”Kami hanya berusaha melakukan yang terbaik,” akunya.

‘Tim Mbambet
Jadwal yang padat membuat mereka seringkali tak bisa hadir untuk monitoring dan evaluasi (monev) internal ITS. Tantangan bertambah ketika setiap anggota terlibat dalam PKM yang semuanya lolos untuk berlomba di Pimnas. Alhasil, penyempurnaan PKM menuju ajang tingkat nasional tersebut tak terlalu intens. ”Poster yang kami buat pun memang seadanya,” imbuh lelaki berkacamata ini.

Hal tersebut membuat tim pecinta teknologi antariksa itu terkenal sebagai tim ‘mbambet’ (tidak berkembang, red) di antara panitia Pimnas dari ITS. Akibatnya, mereka pun sempat pasrah dan enggan berharap terlalu tinggi untuk mendapatkan medali.

Akan tetapi, kata-kata pengantar keberangkatan dari Pembantu Rektor I, Prof Dr Ing Ir Herman Sasongko, sempat membangkitkan kembali semangat mereka. ”Kita bukanlah siapa-siapa, kita hanya ingin lebih baik dari hari kemarin,” ucap Herman kala itu.

Pesan itu terus tertanam di benak para anggota tim. ”Sejak itu kami jadi termotivasi untuk melakukan semaksimal mungkin karena kami hanya ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya,” jelas Alan yang gemar bermain game ini. Timbulnya semangat tersebut membuat mereka enggan kalah dari kelompok lain. Selama masa camp Pimnas, mereka totalitas menyiapkan presentasi mereka.

Tapi cap mbambet tetap tak mudah lepas dari kelompok itu. Nahas, pada hari pertama Pimnas, seluruh anggota bangun terlambat. ”Kamar kami bolak-balik diketok oleh panitia, akhirnya ditinggal bus karena masih mandi,” katanya sambil tertawa mengingat kejadian tersebut.

Dosen dan panitia tak ada yang memprediksi keberhasilan tim bimbingan Eko Setijadi ST MT PhD. Namun, kematangan pemahaman konsep pembuatan antena menjadi penentu utama kesuksesan selama di Yogyakarta. ”Materi satelit dan antena ini merupakan hal baru, jadi kami di sana
seolah-olah sebagai penyaji pada kuliah tamu,” ungkap lelaki kelahiran Surabaya ini dengan bangga.

Walaupun sempat kecewa dengan prestasi ITS yang menurun ke peringkat ketiga, tim ini tetap meluruskan niat untuk mengembangkan karya teknologi mereka. Mereka sangat yakin, bahwa tercapainya juara pertama adalah sebuah konsekuensi bagi orang-orang yang telah memberikan manfaat kepada masyarakat. (sha/lis)

Berita Terkait