Yolanda atau yang akrab disapa Nanda merupakan satu-satunya kontestan seleksi ITS Goes to Pekan Seni Mahasiswa Regional (Peksiminal) Jawa Timur untuk kategori vokal keroncong. “Ternyata cuma aku satu-satunya, ya sudah deh langsung dapat Juara 1,†ujar mahasiswi Jurusan Teknik Sistem Perkapalan ini sambil tertawa.
Meski secara langsung menyabet gelar jawara, namun keberangkatan Nanda pada Peksiminal Jawa Timur tak langsung diputuskan begitu saja. Melalui perundingan sejumlah dewan juri, akhirnya kontestan tunggal ini pun dinyatakan layak untuk berangkat mewakili ITS di Peksiminal.
Bersanding melawan 31 kontestan dari berbagai daerah di Jawa Timur, Nanda mengaku sempat tidak terlalu percaya diri. “Karena peserta yang lain memang bagus-bagus, dan sebenarnya aku masih belum terlalu mendalami keroncong,†ungkap gadis kelahiran Lumajang, 13 desember 1993 itu.
Nanda mengungkapkan, dirinya memang lebih terbiasa menyanyikan lagu campursari ketimbang keroncong. Oleh karena itu, seminggu sebelum Peksiminal dilangsungkan, Nanda pun digembleng dengan berbagai latihan oleh sejumlah guru vokal. “Jadi ya tidak modal nekad aja, tapi aku juga sudah latihan sebelum lomba,†tuturnya.
Membawakan dua lagu berjudul Senandung Bidadari dan Janjiku, Nanda pun tampil memukau dihadapan para juri Peksiminal. Alhasil, mahasiswi yang juga aktif di bidang peneilitian ini pun sukses meraih Juara 3 dan mengalahkan banyak kontesatan yang lain. “alhamdulillah, padahal waktu itu aku sempat sakit, sampai pembinaku juga ikut pusing,†akunya sambil tersenyum.
Ketertarikan Nanda pada musik tradisional memang telah tumbuh sejak ia masih berusia kanak-kanak. Kakeknya yang merupakan seorang dalang, diakui Nanda sebagai salah satu penyebab dirinya begitu akrab dengan musik tradisional, khususnya campur sari. Nanda mengungkapkan, di kampung halamannya di Lumajang, ia bahkan tergabung dalam grup campur sari yang anggotanya didominasi para lanjut usia.
“Aku juga sering ikut mementaskan wayang kemana-mana, bahkan rela samapai nggak dibayar,†tutur Nanda. Lebih lanjut ia menceritakan, sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama dirinya memang sudah banyak menghabiskan waktu bersama grup campur sarinya itu. Uang yang selama ini didapatkan dari pementasan itu pun selalu disimpan untuk modal mentas selanjutnya.
“Karena sebenarnya aku hanya ingin melestarikan budaya, nggak cuma bisa teriak-teriak tentang penyelematan budaya bangsa,†pungkas anak tunggal dari pasangan Arief Hartoyo dan Yuyun Indahyati ini. Nanda sangat berharap generasi muda dapat mengenali, mencintai, dan bangga dengan budaya bangsa Indonesia. Tak hanya itu, ia berharap pemerintah juga dapat mendukung sepenuhnya.
Jumat (13/7) mendatang, Nanda rencananya akan kembali mengikuti lomba keroncong di Radio Republik Indonesia (RRI). Tak hanya itu, dalam waktu dekat, dirinya juga akan segera berangkat ke National Cheng Kung University Taiwan untuk beasiswa penelitian dan sharing culture.
Di Taiwan, Nanda rencananya akan menampilkan keroncong, campur sari, dan tari remo. “Semoga perjuangan untuk melestarikan budaya ini juga bisa dilakukan oleh teman-teman yang lain,†ujarnyanya optimis. (ald)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,