ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
27 Juli 2012, 12:07

Tanpa Target, Pulang Kantongi Emas

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tidak mudah bila harus mengerjakan Tugas Akhir (TA) dan PKM secara bersamaan, terlebih lagi tiga anggota lainnya turut sibuk TA. Namun, itulah usaha yang dilakukan oleh tim PKM KC yang berjudul Antena Mikrostatif Compact Dengan Tapered Peripheral Slits Untuk Payload Setelit Nano Pada Frekuensi 436,5 MHz  ini. Pembagian waktu yang baik terus dilakukan agar dapat maksimal di semua bidang.

Ide antena tersebut berawal dari akan dibuatnya satelit untuk melihat kondisi bumi dari luar angkasa oleh komunitas satelit ITS. Karena ukurannya sangat kecil, diperlukan antena yang sesuai untuk menangkap dan memancarkan sinyal dari bumi. ”Karena itu kami membuat antena mikro yang sangat kecil untuk dipasangkan ke satelit tersebut,” ungkap Alan.

Pendalaman materi seputar pembuatan antena pun terus dilakukan oleh tim tersebut. Untungnya karena semua anggota tim berasal dari komunitas satelit ITS dapat mempermudah kinerja dalam pencarian referensi pembuatan antena. Tak ayal, penguasaan materi dapat dilakukan dengan mudah oleh tim yang terdiri dari Yahya Syukuri Amrullah, Widyanto Dwiputra, Muhammad Hasan Mahmudy serta Wahyu Setyo Budi.  

Bak gayung bersambut, jerih payah kelompok yang semuanya adalah mahasiswa Jurusan Teknik Elektro itu akhirnya membuahkan hasil. Alan menerangkan bahwa kelompoknya tidak pernah menyangka akan terus melaju hingga Pimnas. ”Kami hanya berusaha melakukan yang terbaik,” pungkasnya.

Alan mengaku tidak terlalu mempunyai targetan untuk masuk Pimnas terlebih lagi untuk membawa medali emas. Ia dan timnya hanya berusaha membuat antena agar satelit ITS (ITS sat) dapat direlisasikan. Pembuatan satelit sendiri merupakan proyek nasional dan ITS adalah salah satu perguruan tinggi yang dipercaya untuk membuat ground station.

Salah satu faktor yang menghantarkan tim PKM KC bimbingan Eko Setijadi ST MT PhD tersebut pada medali emas yaitu kematangan konsep pembuatan antena. Sehingga saat ditanya seputar karya yang akan dibuat tersebut, Alan selaku presentator dapat dengan mudah menjawab pertanyaan juri. ”Materi satelit dan antena ini merupakan hal baru, jadi kami disana seolah-olah sebagai penyaji pada kuliah tamu,” tukas lelaki kelahiran Surabaya ini bangga.

Dijuluki Tim Bambet

Kematangan konsep bukan berarti menjadikan tim ini baik dalam semua katagori. Pasalnya, kesibukan dari setiap anggota membuat tim ini jarang untuk datang monitoring dan evaluasi (monev) PKM. Kesibukan itu ditambah lagi ketika ternyata setiap anggota membuat lebih dari satu PKM yang semuanya lolos hingga PIMNAS. Alhasil, dalam penggarapan PKM KC menuju Pimnas ini hanya seadanya. ”Poster yang kami buat pun memang seadanya,” imbuh lelaki berkacamata ini.

Hal tersebutlah yang membuat tim yang terkenal bambet ini sempat pasrah dan enggan berharap terlalu tinggi untuk mendapatkan medali. Namun, penggalan kalimat yang berbunyi ‘kita bukanlah siapa-siapa, kita hanya ingin lebih baik dari hari kemarin’ terus tertanam pada seluruh anggota tim. Kalimat tersebut merupakan pesan dari PR 1, Dr Ing Ir Herman Sasongko sebelum keberangkatan kontingen ITS ke Pimnas XXV Yogyakarta. ”Sejak itu kami jadi termotivasi untuk melakukan semaksimal mungkin karena kami hanya ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya,” jelas lelaki yang menyukai game ini.

Timbulnya semangat tersebut membuat Alan tak mau kalah dengan kelompok lain. Selama di camp, ia terus belajar agar presentasinya dapat terlihat maksimal. “Kami berusaha belajar presentasi dan memperbaiki ppt selama camp,” imbuhnya.
Tapi tetap saja cap kelompok ini sebagai tim yang bambet oleh panitia tak dapat dicabut begitu saja. Hal tersebut dibuktikan dengan telat bangunnya seluruh anggota tim pada hari pertama Pimnas. ”Sampai kamar kami bolak balik diketok oleh panitia dan salah satu teman kami akhirnya ditinggal bus karena masih mandi,” katanya sambil tertawa mengingat kejadian tersebut.

Pengalaman tim PKM KC ini di PIMNAS merupakan kenangan menarik tersendiri. Hingga saat pengumumman kegembiraan tersendiri bagi tim ini ketika berhasil mendapatkan medali emas. Sampai tim dosen dan panitia sendiri pun tidak menyangka atas prestasi tim tersebut.

Walaupun sempat kecewa dengan prestasi ITS yang menurun ke peringkat tiga, Alan beserta timnya tetap berusaha untuk meluruskan niat. Karena menurutnya, juara itu hanya konsekuensi bagi orang-orang yang telah memberikan manfaat kepada masyarakat. ”Jika ITS dimulai dengan hal tersebut, saya yakin ITS bisa menjadi juara,” tutupnya. (sha)

Berita Terkait