ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
23 Juli 2012, 08:07

Usai Bertugas, Pengajar Muda Bagi Cerita

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Pada Senin (23/7), keempat Pengajar Muda ini menemui jajaran Rektorat ITS. Lewat pertemuan ini, ITS diharapkan mampu turut serta dalam upaya pembangunan lewat aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Keempat Pengajar Muda dari ITS itu adalah Dwi Lastomo, Citra Dita Maharsi Suaidy, Ambarwati, dan Furiyani Nur Amalia. Sembari reuni, mereka membagikan sedikit cerita menarik selama mengikuti program Indonesia Mengajar bersama Prof Dr Darminto MSc, Pembantu Rektor IV.

Keempatnya mengurai cerita masing-masing mulai awal penempatan hingga pengalaman unik yang mereka alami. Citra dan Dwi, misalnya. Mereka bahkan sempat dicurigai oleh masyarakat di Kabupaten Rote Ndau, Nusa Tenggara Timur (NTT). ”Saya bahkan dicurigai sebagai mata-mata pemerintah pusat,” jelas Citra, alumni Teknik Lingkungan FTSP ITS 2006.

Bukan hanya itu, masalah lingkungan pun menjadi persoalan tersendiri semalam mengajar di tempat orang. Termasuk masalah sanitasi dan lingkungan. Dwi, alumni Fisika FMIPA ITS 2005 ini bahkan pernah menderita malaria pada hari-hari pertamanya di kawasan NTT.

Tak hanya pendidikan yang dicermati oleh Pengajar Muda. Kondisi pemerintahan, hingga semangat nasionalisme masyarakat juga dituturkan mereka cukup memprihatinkan. Bahkan, pesisimistis terhadap pentingnya pendidikan menjadi hal yang biasa ditemukan. ”Parahnya lagi, anak-anak di sana tidak tahu ibukota Indonesia, nama presiden, apalagi lagu kebangsaan Indonesia,” tandas Furi, alumni Teknik Telekomunikasi PENS.

Para Pengajar Muda memang ditempatkan di daerah pelosok Indonesia. Keempat Pengajar Muda ini bercerita bahwa kawasan yang mereka tempati adalah kawasan yang sulit diakses dari daerah lain. Bukan hanya listrik dan alat telekomunikasi, kebutuhan sehari-hari masayarakat perbatasan sebagian besar dipasok dari negeri tetangga, seperti Malaysia dan Filipina. Hal ini dialami Ambarwati dan Furi yang masing-masing ditempatkan di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat dan Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara.

Belajar dengan Mengajar
Berbagai tantangan itu dirasa sepadan dengan ilmu dan wawasan yang mereka dapatkan. Seiring berjalannya waktu, masyarakat sangat menerima kehadiran para Pengajar Muda. Terlebih dengan peran aktif mereka yangbukan hanya dalam bidang pendidikan. Namun juga pemberdayaan masyarakat.

”Ilmu yang saya dapatkan selama kuliah ternyata dapat benar-benar diaplikasikan,” terang Citra. Kebiasaan masyarakat yang memasak dengan kayu, misalnya. Hal tersebut  sangat berbahaya bagi sistem pernapasan akibat gas CO yang dihasilkan. Bersama dengan masyarakat setempat, mereka menumbuhkan awareness masyarakat terhadap kesehatan paru-paru.

Lewat mengajar siswa-siswi, mereka dapat menyalurkan ilmu sekaligus menanamkan pentingnya mengenyam pendidikan. Apa yang mereka ajarkan ternyata tidak sia-sia. ”Akhirnya, ada lulusan dari Kabupaten Rote Ndau yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi,” imbuh Dwi.

Semangat nasionalisme, kemampuan berwirausaha, dan manajemen masyarakat adalah hal-hal lain yang berusaha ditumbuhkan para Pengajar Muda ini. Secara tidak langsung, mereka dapat terus menggali potensi yang ada untuk membantu masyarakat tempat mereka tinggal.

Keikutsertaan mahasiswa ITS dalam gerakan ini masih relatif sedikit. Melalui sosialisasi ini lulusan ITS diharapkan semakin tergerak untuk dapat memberi manfaat nyata kepada lingkungannya. ”Pengalaman menjadi pengajar muda pasti dapat menjadi modal penting dalam karir dan kehidupan,” tutup Citra. (ken/fz)

Berita Terkait