ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
18 Juli 2012, 20:07

Menata Hati untuk Sambut Ramadhan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Drs Mahmud Mustain MSc PhD, Ketua TPKI FTK mengungkapkan, beberapa tahun silam, kegiatan seperti ini belum banyak dilakukan di FTK. ”Tapi sekarang, Alhamdulillah sudah berbeda sekali. Sivitas FTK sudah sangat antusias terhadap kegiatan keagamaan, terutama di bulan Ramadhan,” ujarnya.

Dalam acara ini, hadir sebagai pembicara adalah KH Agus Ali Masyhuri. Pria yang kerap disapa Gus Ali ini, dalam ceramahnya banyak bercerita tentang penyakit hati. Ia merumuskan, setidaknya ada 36 tanda orang yang memiliki masalah tersebut. "Saya akan menunjukan enam tanda saja. Sisanya, tolong cari sendiri,” katanya.

Gus Ali menuturkan, seseorang yang tidak mampu mencintai sesuatu dengan tulus memilki indikasi penyakit hati. Menurutnya, orang seperti ini tidak akan mampu mencintai Allah dengan baik. Pria asal Tulangan, Sidoarjo ini menyebutkan, sikap curiga dan iri hati akan menghambat seseorang dari cinta Allah dan makhluk-Nya. ”Siapa yang bisa mencintai dengan tulus, akan mendapat arus balik berupa cinta yang tulus pula dari orang lain,” terang Gus Ali.

Indikasi lainnya adalah hilangnya kekhusyukan dalam beribadah. Bapak 11 orang anak ini dengan jenaka menyebutkan contoh-contoh tidak khusyuknya seseorang dalam ibadah salat. ”Yang bapak-bapak bisa salat sambil merancang jadwal harian, sedangkan yang perempuan biasanya sambil mengingat barang yang hilang,” tuturnya.

Pada kesempatan ini, Gus Ali tidak hanya menerangkan tentang tanda-tanda penyakit hati saja. Ia juga menyertakan langkah-langkah pengobatan yang bisa ditempuh apabila sudah terlanjur bermasalah dengan hati.

Langkah pertama, menurutnya, dengan menentukan jenis penyakit hati apa yang sedang diderita. Ia menganalogikan penyakit hati seperti penyakit badan. ”Dokter saja, kalau tidak tahu pasienya sakit apa tidak akan berani memberikan obat,” ungkapnya mencontohkan.

Selain memberikan ceramah tentang hati, Gus Ali juga menghimbau peserta agar bersikap arif di bulan Ramadhan. Sikap arif tersebut tidak hanya ditunjukan dengan saling menghormati ketika bulan puasa saja, tetapi juga sebelumnya. Ia mencontohkan, perbedaan awal bulan Ramadhan seharusnya tidak menjadi masalah besar yang memicu perpecahan. ”Mari bersikap bijak dengan tidak membesar-besarkan masalah kecil,” selorohnya. (ram/nir)

Berita Terkait