Hal inilah yang diangkat pada Seminar Kemaritiman Perhimpunan Mahasiswa Teknologi Maritime se-Indonesia (Perhimatekmi), Senin (16/7). Seminar yang diikuti oleh mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi ini mengangkat tema Kesiapan SDM Indonesia dalam Penerapan Marine Pollution (Marpol) Annex VI.
Dalam seminar ini, peserta diajak mengkaji potensi kemaritiman Indonesia dalam menyambut penerapan Annex VI. Annex VI sendiri merupakan konvensi internasional yang mengatur tentang polusi udara yang disebabkan oleh kegiatan pelayaran. Selama ini, banyak kapal yang dalam gas buangnya masih banyak mengandung gas NOx dan Sox yang dapat merusak udara.
Dr Kartika Kus Hendratna ST MEng, salah seorang pembicara, mengungkapkan bahwa penerapan Annex VI membutuhkan banyak persiapan, salah satunya dari sisi teknologi. Namun menurutnya, di Indonesia, banyak pemilik kapal yang enggan menambah biaya untuk membeli teknologi tersebut. ”Itu hanyalah salah satu masalah yang kita hadapi dalam menerapkan Annex VI ini,” ujar pembicara dari PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) ini.
Selain itu, Kartika juga menyebutkan bahwa Indonesia, saat ini memiliki sekitar 14 ribu kapal. Namun sayangnya, tidak semua kapal tersebut dapat beroperasi dengan baik. Banyak kapal yang telah berumur sangat tua namun masih digunakan. ”Jumlah kapal baru kita bahkan jauh lebih sedikit dari itu,” tuturnya.
Kondisi kapal ini sangat berhubungan dengan operasi kapal. Kapal yang telah berumur tua tentunya akan menghasilkan gas emisi berbahaya yang lebih banyak. Di samping itu, kapal-kapal ini juga akan sulit untuk menerapkan Annex VI sebagai kelengkapannya.
Pembicara lainnya, Mauludiyah ST MT banyak menjelaskan tentang hubungan pencemaran lingkungan oleh kapal dengan kehidupan manusia. Dengan cermat, lulusan Jurusan Teknik Kelautan ITS ini menggambarkan hubungan kebocoran kapal yang terjadi tiap tahunnya dengan efek negatif berupa hujan asam. ”Hujan asam ini akan menyebabkan turunnya PH air permukaan serta dapat merusak bangunan dan korosi pada logam,” ujarnya.
Mauludiyah menegaskan, kerusakan lingkungan oleh kapal bukannya tidak bisa diatasi. Ada banyak teknologi yang mampu meminimalisir kerusakan tersebut. ”Namun, biaya perbaikan kerusakan-kerusakan tersebut akan jauh lebih besar, sehingga sebaiknya kegiatan pelayaran lebih berhati-hati dan memperhatikan lingkungan sekitar,” ulas pria ini lugas. (ram/fz)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,