ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
10 Juli 2012, 20:07

Telusuri Pencemaran Limbah PG Gempolkrep

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Masalah pencemaran yang bermula sejak tanggal 25 Mei lalu ini cukup menyita perhatian. Pasalnya berbagai kepentingan ikut terlibat dalam  penanganannya. Mulai dari pemerintah, para petani tebu, hingga masyarakat luas.

Yadi Yusriadi, administrator PG Gempolkrep mengatakan, mereka berada dalam kondisi serba salah. Di satu sisi, manajemen harus menerima sanksi dan desakan dari pemerintah untuk berhenti beroperasi akibat dampak pencemaran yang dihasilkan. ”Di sisi lain petani tebu mendesak kami untuk tetap beroperasi,” jelas Yadi.

Kenyataan yang ada menunjukkan, ribuan petani beserta para pekerjanya menggantungkan hidup dari operasi PG Gempolkrep. ”Close loop adalah satu-satunya solusi yang bisa kami berikan saat ini,” ujar Yadi. Close loop adalah proses produksi tertutup tanpa mengeluarkan limbah ke lingkungan.

Secara teknis Ir Tontowi Ismail M Sc mengatakan bahwa pabrik harus membuang limbah. ”Pabrik harus berhenti beroperasi bila tidak membuang limbahnya,” terang dosen Teknik Kimia ini. Kuncinya adalah memaksimalkan efisiensi pabrik sehingga limbah dapat diminimalkan.

Kerusakan instalasi pabrik diakui Tontowi juga diakibatkan lalainya operator pabrik. Bersama Ir Suwarno M Eng, Tontowi telah melakukan audit dan peninjauan terhadap pabrik selama 10 hari. Hasilnya cukup melegakan karena pihak pabrik sudah mulai melakukan in-house keeping (perawatan internal, red).

”Sulit memastikan PG Gempolkrep sebagai satu-satunya penyebab timbulnya masalah pencemaran lingkungan ini,” ujar Suwarno. Hasil pemetaannya menunjukkan bahwa saluran air terlalu luas untuk diamati.

Kesimpulan di akhir forum, baku mutu tidak dapat dijadikan satu-satunya acuan. Harus dipertimbangkan juga mengenai daya tampung dan daya dukung sungai. (ken/fi)

Berita Terkait