ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
30 Juni 2012, 09:06

Herman: Mari Wujudkan Student Center Learning

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam kegiatan OPPEK, Jumat (29/6), Prof Dr Ing Herman Sasongko menekankan agar segera diciptakan sistem Student Center Learning (SCL) di ITS. Bukan tanpa alasan, ia meyakini bahwa mendidik calon pemimpin bangsa itu tidak cukup hanya di ruang kelas saja. ”Dikotomi pada pendidikan akademik dan non-akademik itu tidak ada,” jelas profesor yang saat ini menjabat sebagai Pembantu Rektor (PR) I ITS ini.

Dalam sebuah kuliah umum bersama seorang seniman, Herman pernah mengatakan, paradigma tersebut merupakan musibah pembinaan mahasiswa yang nyata. ”Mereka itu bukan objek, tapi subjek karena mereka melakukannya (pembelajaran, red) sendiri,” sebutnya dengan gaya yang bicara tenang seperti biasanya.

Dengan begitu, ia berharap kelurusan pola pembinaan kemahasiswaan dengan program kerja rektor akan terwujud lebih baik. ”Mendidik itu tidak sama dengan mengajar,” tambahnya. Selain itu, ia pun menambahkan untuk dapat mewujudkan SCL pendidik juga perlu melakukan pemahaman pendidikan berbasis laboratorium.

Key Performance Indicator (KPI) yang menjadi kuncinya itu terdapat dalam program kreativitas di setiap laboratorium,” ulas alumni Teknik Mesin ITS ini. Nantinya, interaksi pun akan tercipta antara laboratorium dan mahasiswa. ”Ayo jadikan lab itu hidup dan menghidupi,” harap Herman.

Ke depan, pihak kemahasiswaan sebagai salah satu faktor keberhasilan mahasiswa akan terus berupaya meningkatkan kualitasnya. ”Seperti pelatihan OPPEK saat ini, semoga dapat menjadi media komunikasi dan persamaan persepsi antar jurusan,” ucap Dr Ir Bambang Sampurno MT, Kepala Badan Pembinaan Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni ITS.

Terkait persoalan di atas, menurut Bambang ada empat  keahlian yang perlu dimiliki mahasiswa ITS. ”Yaitu manajemen, menulis, berbahasa asing, dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam istilah CAK pada jargon ITS,” timpalnya. Untuk mengintegrasi antar elemen mahasiswa di ITS, ia pun punya cara jitu dalam mengatasinya. ”Setelah ini, minimal 25 persen panitia yang tergabung dalam suatu kegiatan mahasiswa di jurusan harus melibatkan mahasiswa dari jurusan lain,” tutupnya. (man/fz)

Berita Terkait