Mungkin alat ini sudah populer di telinga masyarakat. Biasanya, air yang diolah untuk pembangkit listrik. Namun kini limbah sampah di sekitar area edukasi ITS juga bisa dimanfaatkan untuk menopang kebutuhan listrik.
Pertama-tama, sampah harus dibeda-bedakan. Antara sampah plastik dan non plastik. Begitu kata kreator PLTSa, Dr Bambang Sudarmanta ST MT dosen Teknik Mesin ITS.
Yang digunakan untuk pembangkit listrik yakni sampah jenis plastik. Limbah ini nantinya dibakar supaya berubah menjadi uap air. Nah, tekanan tinggi akibat proses pembakaran inilah yang menggerakkan ketel ke generator.
"Generator bergerak, listrik nyala," kata Dr Bambang Sudarmanta saat ditemui di kegiatan Gugur Gunung 3, Kampus ITS, Jumat (22/6/2012).
Sementara untuk sampah jenis non plastik, lanjut dia, diolah menjadi kompos. Alat Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) ini sebenarnya merupakan sumbangan dari seorang alumni ITS. Namun diolah para dosen dan mahasiswa untuk menghasilkan energi listrik dari hasil kelola sampah internal ITS.
"Pemanfaatan PLTSa ini memang sengaja dimodifikasi sedemikian rupa untuk membantu penerangan jalan umum (PJU) di sekitar asrama mahasiswa ITS. Namun, manfaatnya pun tidak berhenti disitu saja, karena limbah sampah di lingkungan ITS otomatis berkurang, tidak menumpuk sia-sia," cerita dia.
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung