Berawal dari sebuah grup di media sosial Facebook, ITS Jazz akhirnya resmi memperkenalkan diri sebagai komunitas independen asal ITS. Komunitas yang awalnya bernama Rakyat Jazz Sepuluh Nopember (Rajaseno) ini memang sengaja dibentuk untuk menjadi wadah para pecinta musik jazz di kampus perjuangan.

”Setelah membuat grup di FB (Facebook, red) dan banyak anggota yang bergabung, akhirnya kita memutuskan untuk kopi darat,” ujar Pramudito Aji Wicaksono, mahasiswa Teknik Kimia ITS yang menjadi salah satu inisiator ITS Jazz. Dito lalu menjelaskan, dari pertemuan bersama itu kemudian diputuskan untuk mengganti nama Rajaseno menjadi ITS Jazz.

ITS Jazz sendiri telah terbentuk sejak November 2011 lalu. Demi menunjukkan eksisestensi, komunitas ini pun memutuskan untuk membuat suatu acara. Hingga akhirnya, bertempat di Stilrod Café di bilangan Darmo Surabaya, acara ITS Jazz pun terselenggara.

Pada acara ini, tampil sebanyak lima group band yang tergabung dalam komunitas tersebut. Tak hanya itu, Surabaya All Star, grup jazz kaliber asal Surabaya, juga turut dihadirkan. ”Kami mengundang mereka untuk mengisi sesi Jazz Clinic,” terang Indra Bayu Aji Pangestu, ketua pelaksana.

Meski berstatus komunitas independen, ITS Jazz rupanya tak mengalami kesulitan ketika menggandeng sejumlah mitra untuk mensukseksakan kegiatan ini. ”Walau komunitas, tapi kami memiliki sistem manajemen yang baik dan terstruktur,” ungkap Dito lagi.

Ditanya soal rencana ke depan, ITS Jazz agaknya masih nyaman untuk mempertahankan diri sebagai komunitas independen. Meski telah mendapat banyak dukungan dari sivitas akademika ITS, kemungkinan untuk menjadi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) masih belum menjadi pilihan untuk saat ini.

”Lebih nyaman sebagai komunitas, fleksibel dan tidak terikat birokrat,” tutur Dito. Meski begitu, ITS Jazz berencana mengajak UKM Musik ITS untuk menyelanggarakan acara serupa nantinya. Ia berharap kegiatan tersebut dapat dilakukan di dalam kampus ITS. (ald/esy)