Cuaca ekstrim menyebabkan petani susah menentukan waktu tepat untuk bercocok tanam. Sementara itu belum ada ramalan cuaca yang dapat memberikan prediksi jangka panjang dengan akurasi tinggi. Munculnya gagasan kalender ramalan curah hujan dari ketiga mahasiswa ITS Jurusan Statistika, Ari Miftahul Huda, Osaliana Budiarto, dan Achmad Choiruddin mendapat apresiasi dari juri National Youth Scientist Conference.

Menurut keterangan Ari, selama ini penyebab kurangnya akurasi ramalan curah hujan terletak pada munculnya data yang tidak biasa akibat cuaca ekstrim. Seringkali data outlier dianggap mengganggu proses peramalan. Namun, outlier pada kasus tersebut justru dapat diolah menjadi informasi berguna untuk peramalan curah hujan. ”Biasanya data outlier lebih sering dibuang, kali ini kami justru memanfaatkannya,” terangnya.

Kalender peramalan curah hujan tersebut tergolong berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. ”Kami menggunakan metode seasonal Autoregresive Integrated Moving Average untuk dapat mengatasi data outlier yang kerap menjadi masalah akurasi peramalan cuaca,” kata Ari leih lanjut.

Kalender ini mampu memprediksi musim selama satu tahun ke depan. ”Khusus untuk National Youth Scientist Conference, kami menampilkan hasil ramalan curah hujan untuk tahun 2012,” ungkap Ari. Sementara peramalan musim di tahun berikutnya dapat diramalkan ulang menggunakan metode yang telah dirumuskan sebelumnya.

Ari mengaku sempat mengalami kesulitan selama proses merancang metode tersebut. Terutama ketika harus mencari data yang akurat untuk peramalan. ”Bahkan kami harus membeli data seharga Rp 1 juta untuk membuat model ramalan kalender curah hujan ini,” tandasnya.

Pengembangan kalender ramalan curah hujan ini tidak hanya berakhir sampai di kompetisi tersebut. ”Kami ingin mengembangkannya dalam bentuk software sehingga dapat didistribusikan untuk petani-petani lain,” ungkap mahasiswa angkatan 2009 ini. (anl/fz)