Semua mata tertuju pada ufuk timur langit. Bukan pada Matahari, melainkan sebuah titik hitam menyerupai titik noda di tubuh Matahari. Peristiwa ini disebut transit Venus. Secara sederhana, transit Venus sangat mirip dengan gerhana Bulan atau gerhana Matahari. Namun bedanya, pada peristiwa super langka ini, Venus yang berada di antara Matahari dan Bumi. Membuat penampakan siluet kecil bulat yang ”menodai” piringan Matahari.
Di Surabaya, peristiwa ini diamati oleh Astronomy Club for Student (Ascladent) ITS bersama Surabaya Astronomy Club (SAC). Sejak pukul enam pagi mereka telah bersiap menyaksikan fenomena langka ini lengkap dengan bekal teleskop Galileoskop. Karena menurut prediksi Venus akan transit di Matahari hingga pukul 11.50 siang.
Kenjeran Park mereka pilih sebagai lokasi obeservasi. Transit Venus ini seharusnya bisa langsung diamati lewat teleskop yang dilengkapi dengan filter ultraviolet. Namun, karena Galileoskop yang mereka bawa tidak, maka mereka harus menggunakan cara tersendiri agar tetap bisa melakukan pengamatan.
Teknik Hartmann Mask, teknik itulah yang akhirnya digunakan komunitas pecinta astronomi ini. Yakni dengan menambahkan kertas dengan lubang kecil pada penutup lensa subjektif. Ini digunakan untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke teleskop agar bisa dilihat dengan jelas.
Teleskop kemudian diarahkan ke Matahari. Tetapi pengamatan tidak bisa langsung dilakukan dengan mata telanjang karena bisa membakar retina. Oleh karena itu, bayangan matahari ditangkap oleh dengan kertas putih sebagai layar. Di kertas tersebut, maka akan terlihat Matahari yang di dalam badannya terdapat bintik kecil bulat hitam. ”Nah itu Venus. Fenomena ini nggak ada impactnya buat bumi,” tutur Sevanus Kristanto Nugroho, Ketua Ascladent.
Pengamatan ini, diakui sangat bermanfaat oleh Adhi Yudha Perkasa. Ia mengaku cara yang diterangkan Stevanus sederhana, namun bisa menambah pemahamannya tentang Astronomi. ”Feneomena ini membuktikan adanya orbit dalam tatanan alam semesta. Semoga ada komunitas di ITS yang fokus di astronomi, tidak hanya Bosscha saja,” ucap mahasiswa Jurusan Fisika ITS ini.
SAC sendiri meruapakan komunitas yang sudah berdiri sejak 2008 lalu. Mereka suka megamati langit. Setiap ada fenomena yang berhubungan dengan astronomi mereka selalu melakukan pengamatan. Seperti waktu gerhana Bulan total beberapa waktu lalu. Hal ini dijelaskan oleh Mohammad Toyyib, Koordinator Anggota SAC, yang juga hadir dalam pengamatan pagi itu. (nir/fz)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung