Dalam penelitiannya, Muryono menggunakan dua sample bahan yang akan dijadikan kompos. Yakni sampah daun dan ampas tembakau dari pabrik rokok. Kedua jenis sampah ini sengaja dipilih karena banyak tersedia dan mudah didapatkan.
Muryono mengungkapkan, satu pabrik rokok saja dapat menghasilkan ampas tembakau sebanyak enam ton setiap harinya. Padahal, untuk membuang ampas tersebut pabrik rokok harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. "Jadi sebenarnya mereka (pabrik rokok, red) butuh tempat untuk menyalurkan sampahnya," tutur Muryono.
Sampah-sampah ini kemudian dicampurkan dengan beberapa bahan tambahan lainnya. Ini termasuk ampas gergaji, cairan EM-4, darah sapi dan tetes tebu. Bahan-bahan tambahan ini mempunyai fungsi tersendiri dalam mempercepat proses pengomposan.
EM-4 misalnya, merupakan jenis aktivator yang berisi mikroorganisme dalam media cair. Gunanya untuk mempercepat proses pengomposan. EM-4 terbuat dari gabungan beberapa bahan organik tanpa ada penambahan bahan kimia. "Kita bahkan bisa meminumnya kalau mau," ujar Muryono.
Selain EM-4, bahan lain yang juga penting adalah tetes tebu. Cairan ini berfungsi sebagai ‘makanan’ ber-glukosa tinggi bagi mikroorganisme dalam EM-4. Namun, untuk mendapat tetes tebu tidaklah gampang. Dalam pembuatan satu kilogram gula saja hanya bisa didapatkan 300 mililiter tetes tebu. Penambahan darah sapi juga bukan tanpa tujuan. Kandungan protein yang tinggi dalam darah sapi dipercaya mampu meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan.
Bila lazimnya pembuatan kompos membutuhkan waktu berminggu-minggu, Muryono hanya butuh empat hari saja. Namun, seakan tak mau gegabah, ia mengungkapkan akan meneliti kembali kompos buatannya. "Hitung-hitungan dan praktek kan tidak selalu sama," selorohnya.
Kompos spesial ini pun tidak untuk dikomersialkan. Melainkan lebih merupakan sebuah bentuk kontribusi terhadap ITS. "Paling tidak kita bisa menunjukkan bagaimana mengawali penggunaan Gedung Composting Center ini," tutup Muryono sembari tersenyum. (ram/lis)
Kampus ITS, ITS News — Isu aksesibilitas dan layanan disabilitas kini tengah telah menjadi perhatian serius di berbagai perguruan tinggi.
Kediri, ITS News — Startup StrokeGuard yang didirikan oleh mahasiswa Jurusan Inovasi Digital Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menjalin
Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan bangga dapat berpartisipasi dalam ekspedisi ilmiah internasional “OceanX –
Bangkalan, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya untuk mendorong pengembangan dan kemandirian ekonomi pondok pesantren.