ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
13 Mei 2012, 21:05

TOEPL Geografi, Ajak Tunanetra Melihat Indonesia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kelima mahasiswa tersebut adalah Rizki Indra Permadi, M Irsyad Dira Pradana, Hana Sugiasta, Ardilla Dea Ayu dan Regina Verra. Mereka mengusung PKMM berjudul Touch Speaking and Learning Ensiclopedia Braile (TOEPL) Geografi Indonesia Interaktif Sebagai Media Peningkatan Imagination of Space bagi Tunanetra Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) Gebang Putih Surabaya.

Diakui Rizki, ketua tim, para tunanetra sulit membayangkan jika hanya dengan meraba peta dalam bentuk utuh. Karena keterbatasan tersebut, mereka juga tidak memahami bentuk spesifik dari sebuah pulau maupun daerah. Apalagi dalam mata pelajaran geografi yang mengharuskan mereka untuk memahami persebaran flora, fauna dan hal lainnya.

”Mereka kesulitan mengingat bentuk pulau-pulau karena susah mengimajinasikan,” ujar mahasiswa angkatan 2010 tersebut. Tim PKMM yang dibimbing Endang Susilowati ini pun berupaya membantu lewat TEOPL. Yakni, sebuah box besar berisi permainan puzzle peta Indonesia.

Peta ensiklopedia tersebut terdiri dari sembilan tema. Di antaranya, pergerakan angin, persebaran flora dan fauna. Tema tentang lempeng, persebaran hutan, gunung api dan sumber daya alam juga turut mewarnai peta tersebut.

Awalnya, ide mereka adalah membuat buku atlas Indonesia khusus untuk anak-anak tunanetra. Namun, kebutuhan dari yayasan membuat mereka menggagas ide lain. Rizky menyebutkan, yakni dengan mengemas peta ensiklopedia dalam sebuah permainan. ”Dua kali kami berganti konsep, hingga muncullah ide puzzle kartografi ini,” jelasnya.

Ternyata, antusiasme anak-anak tunanetra tersebut diluar dugaan mereka. Dilla menceritakan mereka sempat kaget dengan keinginan kuat anak-anak itu untuk belajar. Kala itu, TOEPL baru saja jadi dan memulai sosialisasi yang pertama untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari ensiklopedia itu.

Anak-anak itu meraba-raba peta besar di atas box tersebut dengan antusias, benar-benar penasaran dengan apa yang ada di hadapan mereka. ”Saking antusiasnya, mereka sempat brutal saat meraba petanya dan saling berebut,” seru Dilla.

Mengantisipasi hal tersebut, mereka sengaja membuat bentuk peta tersebut dengan bahan agrilik (plastik yang biasa digunakan untuk plakat). Dengan keunikan TOEPL yang mereka buat, menurut Dilla, anak-anak tunanetra semakin berkeinginan besar untuk belajar tentang Indonesia.

Setelah berkali-kali melakukan konsultasi dan memperbaiki TOEPL-nya hingga maksimal, tim telah mengadakan tiga kali sosialisasi ke yayasan. Tidak hanya bermain dengan peta saja, mereka pun mengemas beberapa keilmuan geografi dalam permainan.

Menurut Dilla, hasil dari metode pembelajaran yang mereka suguhkan menghasilkan perbandingan yang signifikan. ”Yang awalnya hanya paham 40 persen saat pretest, sekarang hampir 100 persen,” ujar mahasiswa angkatan 2009.

Sisi lain yang cukup membuat mereka tersentuh adalah ketekunan anak-anak itu dalam bejalar. Bahkan, dosen pembimbing mereka turut menangis haru ketika mendampingi sosialisasi TOEPL. Ke depannya, mereka berharap bisa mendapatkan sponsor. Sehingga dapat mengembangkan TOEPL agar memiliki mobilitas yang rendah untuk dipindah. (fin/esy)

Berita Terkait