”Ngapain ke alun-alun, memangnya ada apa?,” ujar Rela menceritakan jawaban salah seorang pemuda Mojokerto yang ia tanyai langsung. Lebih tepatnya, Rela Karlina Jalil. Dialah ketua tim PKM yang beranggotakan empat orang itu. Antara lain Nur Marisa Dewi, Dwi Ariyani Khlaimah dan Summa Tahta Lia dari Jurusan Matematika, serta Millati Amalia dari Jurusan Sistem Informasi.
Pertanyaan sederhana itu terlontar ketika mereka berkunjung langsung ke Mojokerto untuk survey. Mereka mengaku bahwa masyarakat disana tidak memiliki fasilitas untuk sekedar berkumpul atau menikmati waktu lengang.
Keprihatinan itu pun muncul diiringi dengan keberadaan alun-alun yang kumuh oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) pada malam harinya. Tidak teraturnya pedagang disana menjadi pemandangan tidak seimbang dengan keberadaannya di pusat kota. ”Perasaan dari saya kecil, alun-alun Mojokerto tetap saja seperti itu,” celetuknya bergurau.
Dari area seluas dua hektar itulah kemudian Rela dan timnya melihat peluang untuk menjadikan wilayah itu sebagai bahan yang mereka wujudkan dalam PKM-KC. Lebih lagi, wilayah itu merupakan peninggalan kerajaan Majapahit. Sudah barang tentu hal itu menjadi nilai tersendiri untuk mendukung konsep mereka.
Corak sejarah ditampilkan pada warna khas Majapahit yaitu warna Gulo Klopo, bentuk bangunan yang mayoritas terbuat dari terakota, plasa tradisional yang berisi mainan-mainan tradisional, zona pertunjukkan untuk melestarikan kesenian khas Jawa dan Majapahit serta miniatur candi-candi bersejarah yang ada di Kota Mojokerto serta sarana bermain dan edukasi lainnya. ”Kita buat konsep ini secara lengkap,” ucap mahasiswi angkatan 2008 ini.
Konsep tersebut dibuatnya berupa maket dan video 3D tentang gambaran konsep rancangan mereka. Disamping itu, maket yang dirancang, mereka padukan dengan inovasi baru yaitu membuat lighting dan sound berupa lagu-lagu khas Jawa dan Kerajaan yang nantinya akan di putar di alun-alun Mojokerto.
Mulailah mereka memikirkan upaya untuk mengembangkan dan mematangkan konsepnya. Dengan modal nekat, mereka berangkat ke Mojokerto mengendarai sepeda motor untuk menemui Rudi Ismail SSos MSi, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Mojokerto.
Senada dengan usahanya, kedatangan mereka disambut baik oleh Rudi. Apalagi ketika mereka mengetahui bahwa tahun 2013 merupakan agenda perubahan pembangunan tata kota. ”Saya sangat berharap konsep kami ini menjadi salah satu refrensinya ,” ujar Rela mewakili harapan timnya.
Hampir sekitar empat bulan mereka selesaikan PKM ini. Rangkaian seleksi mereka tempuh dengan cerita yang berbeda. Salah satunya adalah dalam Monitoring dan Evaluasi I ( MONEV I ), mereka mengaku sempat kehilangan semangat pada saat itu. Bagaimana tidak, konsep yang mereka presentasikan dianggap tidak layak.
Pernyataan itu disampaikan oleh Widya Utama, selaku reviewer DIKTI. Namun, pernyataan mereka jadikan cambuk motivasi yang berhasil membuat mereka bangkit dan kini tinggal selangkah lagi menuju ajang bergengsi yaitu Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2012 (PIMNAS).
Perjalanan mereka di MONEV II berhasil meyakinkan juri dengan progres yang meningkat drastis. ”Pak Widya pun antusias sekali dengan progres tim kami,” ujarnya riang. Kini PIMNAS bagi mereka sudah didepan mata, hanya menghitung hari mereka berhasil menyelesaikan tahap terakhir yaitu MONVEV DIKTI. ”Harapan kami sudah pasti menggulingkan gajah dikandangnya,” Jawaban mereka serentak tandai rasa optimis yang berkobar. (lik)
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas