Prof Robert Vale dan Prof Brenda Vale, dosen dari Victoria University of Wellington, Selandia Baru, sangat berpengalaman dalam desain bangunan ramah lingkungan. Melalui perencanaan yang tepat, penggunaan energi untuk kebutuhan sehari-hari dapat diminimalisir. Ini akan sangat membantu, terutama karena sumber daya energi yang semakin lama semakin menipis.
Energi yang habis terpakai biasanya terdiri dari pendirian bangunan sebesar 50 persen. Angka ini disusul oleh energi untuk transportasi sebesar 25 persen, yang sama dengan kebutuhan energi untuk makanan. Apabila jumlah energi yang dibutuhkan ini dapat diimbangi oleh energi hasil yang didapatkan dari aktivitas-aktivitas dalam rumah, maka dapat dikatakan sebagai zero energy house.
Caranya, tentu saja dengan mengganti atau renew energi dari dalam rumah sendiri, tanpa membutuhkan energi tambahan. Salah satu cara yang digunakan yaitu menggunakan listrik yang berasal dari sel surya. ”Di Belanda sudah banyak rumah yang menggunakan sel surya sebagai energi listrik,” ujar Robert. Bahkan, sebagian besar bangunan di kota Freiburg, Jerman, telah terinstalasi sel surya.
Perlakuan serupa juga dapat dilakukan pada elemen air. Penghematan air dapat dilakukan melalui daur ulang air hujan yang telah ditampung dan diolah. Berbagai keperluan rumah tangga, mulai dari mencuci hingga minum dapat dilakukan dengan cara ini.
Robert dan Brenda telah mendesain sejumlah rumah dengan strategi penanganan serupa. Salah satu proyek mereka adalah perumahan di Hockerton, Inggris. Rumah-rumah di kawasan tersebut menggunakan strategi pemanasan ruang secara pasif. Listrik yang mengaliri perumahan juga berasal dari pembangkit listrik tenaga angin.
Yang unik, pengolahan limbah dan kotoran rumah tangga dilakukan tanpa bantuan teknologi modern. Melainkan dengan menggunakan bioremediasi tanaman reed pada danau yang bersebelahan. Teknik pengolahan tersebut telah dirancang sebaik-baiknya sehingga danau tidak ikut tercemar. ”Orang-orang masih bisa naik perahu dan berenang di danau itu,” papar Robert, membuat kagum para peserta.
Ketika ditanya oleh salah seorang peserta, Robert dan Brenda pun sempat berkomentar mengenai keadaan kampus. Terutama, terkait dengan embel-embel ITS sebagai Eco Campus. Menurut Robert, keadaan kampus yang dipenuhi oleh pohon-pohon sangat baik. ”Trotoar untuk pedestrian juga tertata dengan baik, tapi saya tidak melihat ada orang yang berjalan-jalan di sana,” selorohnya. Mereka sendiri berkesempatan untuk berkeliling kampus setelah acara. (sha/lis)
Surabaya, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi meluncurkan
Surabaya, ITS News — Mewujudkan sinergi dengan pemerintah daerah, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyambut positif program Bantuan Biaya
Mojokerto, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pemberdayaan masyarakat melalui inovasi teknologi
Kampus ITS, ITS News — Guna mendukung gaya hidup sehat yang lebih intens, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi