ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
01 April 2012, 06:04

Tantang Mahasiswa ITS, Dahlan Tawarkan Avanza

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Teknologi yang dimaksud adalah mesin yang dapat mengubah tepung sagu menjadi semacam beras. Baik dari bentuk, rasa, bau dan aroma. Sekilas memang terlihat cukup sulit. ”Tidak ada yang tidak mungkin,” terang Dahlan saat menjadi keynote speaker dalam Kuliah Bung Karno, Sabtu (31/3).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pembuatan alat itu terisnpirasi dari potensi sagu di Indonesia yang sangat tinggi. Pasalnya, Indonesia memiliki lahan hutan sagu yang melimpah di daerah timur. Namun, potensi ini tidak dapar dimanfaatkan secara maksimal. Masyarakat Indonesia masih sangat bergantung pada beras.

Dahlan berharap teknologi ini akan mampu menekan ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap kebutuhan beras. Sagu yang berlimpah di daerah Papua seharusnya bisa diolah menjadi beras. Efek yang lebih besar, teknologi ini akan mampu menekan jumlah impor beras yang mencapai satu juta ton per tahunnya.

Lebih dalam ia menjelaskan, jika teknologi ini mampu diciptakan maka pihaknya merencanakan akan membangun pabrik pengolah sagu di daerah Papua. Hal ini sebagai bentuk dukungan terhadap pembangunan Pro Papua. Alasan lain adalah memberdayakan potensi daerah sehingga kembali ke daerah.

Tantangan lain di bidang pangan adalah menciptakan mesin pengering gabah petani. Hal ini tidak lain merupakan tindak lanjut alat pemotong padi yang telah diciptakan alumni ITS sebelumnya. Dahlan mengungkapkan teknologi pemotong padi mampu mengurangi susut padi sebesar lima persen dari 12 persen. ”Jika pengering padi ini berhasil diciptakan maka kemungkinan susut itu bisa nol,” jelasnya. Apabila teknologi pengering padi ini berhasil diciptakan, Dahlan menjanjikan akan melarang pengadaan impor beras seperti beberapa waktu lalu.  

Tantang Buat Card Reader
Tak hanya dalam hal pangan, tantangan juga diberikan dalam bidang energi. Hal ini sebagai tindak lanjut dari permasalahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang batal naik. ”Bagaimana mahasiswa dapat menciptakan teknologi semacam card untuk pembatasan BBM,” ujarnya dengan lantang.

Ide Dahlan sangat sederhana. Mahasiswa diminta menciptakan teknologi semacam  kartu telepon pasca bayar. Hanya saja di dalamnya telah tertera batas maksimal pembelian BBM untuk kendaraan kurang dari 1.300 cc. Kartu ini digunakan bersama sebuah sistem reader yang dipasang di semua pom bensin. Hasil pembacaan berupa sisa BBM yang masih dapat dibeli. Apabila kuota habis maka masyarakat wajib membeli BBM dengan harga normal.

Layaknya sebelumnya, tantangan ini disambut antusias oleh seluruh sivitas akademika yang hadir. ”Harapannya, tiga bulan lagi teknologi tersebut sudah ada,” pungkasnya. (ran/esy)

Berita Terkait