ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
25 Maret 2012, 10:03

Pandji: Harus Optimis Jadi Orang Indonesia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Pandji melangkah masuk ke dalam aula Pascasarjana lantai 3 dengan mengenakan kaus merah bertuliskan Nasional.Is.Me. Kehadiranya langsung disambut sorak tepuk tangan para pengunjung. Ia masuk dengan senyum khas seorang komedian dan candaan atraktif yang disambut gelak tawa pengunjung.

Cerita sengaja mengundang sosok pandji dengan sisi lain pemikirannya yang dituangkan dalam buku Nasional.Is.Me. ”Cerita tidak sekedar membedah isi buku, melainkan juga penulis yang ada di balik buku tersebut,” kata Meriska Aprilia, ketua panitia.

Selama kurang lebih dua jam, Cerita mengupas habis isi buku Nasional.Is.Me beserta gagasan Pandji terkait optimisme menjadi orang Indonesia. Selain itu Pandji juga mengajak pemuda mengenal arti nasionalisme bukan sebagai sesuatu yang cara yang radikal. Karena selama ini, menurut Pandji telah terjadi salah paham dalam mengartikan arti kata nasionalisme.

”Nasionalisme bukan berarti menyatukan perbedaan, melainkan bersatu dalam perbedaan,” terang Pandji di awal acara. Dirinya menambahkan, setiap orang boleh berbeda, tetapi nasionalisme tidak boleh dijadikan  alasan untuk menghilangkan perbedaan.

Bahasan tentang nasionalisme dikupas lebih mendalam ketika Pandji memaparkan kondisi banyaknya orang Indonesia yang pesimis dengan bangsanya sendiri. Pesimis itu disinyalir hadir karena orang Indonesia tidak mengenal bangsanya sendiri. Kondisi tersebut hadir karena selama ini media lebih sering memberitakan Indonesia dari sisi negatif. Tak ayal jika pengetahuan masyarakat seolah terpesuasi pada pemberitaan yang melahirkan pesemistis masyarakat pada bangsanya sendiri.

”Jangan hanya menilai Indonesia dari media, tapi gali Indonesia yang sesungguhnya dengan mata kita,” ungkap pria yang mengawali aktivitas menulisnya dari sebuah blog ini. Dengan mengenal Indonesia dari berbagai sisi yang berbeda, maka menurut Pandji, kecintaan itu akan tumbuh dengan sendirinya.

Pandji lalu mengungkapkan fakta-fakta yang selama ini diabaikan oleh orang Indonesia sendiri. Dirinya sempat heran dengan banyaknya orang Indonesia yang ingin sekolah di Amerika hanya karena gengsi. ”Pendidikan negara kita semakin tahun semakin baik, sementara Amerika masih memegang rekor tingkat penembakan dan pembunuhan tertinggi di lingkungan sekolah,” kata Pandji berusaha mengungkap sisi lain Indonesia.

Tidak hanya itu, krisis ekonomi global tahun 2008 ternyata tidak menekuk lutut Indonesia seperti halnya yang pernah terjadi tahun 1998 silam. ”Ini juga termasuk salah satu bukti membaiknya kondisi ketahanan perekonomian Indonesia,” tandasnya.

Keinginan untuk membuka mata masyarakat tentang sisi positif Indonesia inilah yang menjadi motivasi Pandji menulis buku Nasional.Is.Me. ”Mayoritas pemuda sebenarnya cinta kepada Indonesia, atau ingin cinta tapi tidak menemukan alasan untuk cinta,” kata Pandji. Dengan buku ini, ia berharap dapat membuka wawasan bangsa dan menimbulkan kecintaan masyarakat pada Indonesia.

Ulasan buku Nasional.Is.Me, karya Pandji yang dibawakan dengan gaya santai dan diselipi dengan candaan mengundang antusias pengunjung yang hadir. Pelbagai pertanyaan terlontar dari pengunjung. Salah satunya dari Adji Wicaksana. ”Sering kali mahasiswa setelah lulus dari sekolah di luar negeri menjadi apatis dengan negerinya sendiri. Kenapa itu bisa terjadi?” tanya Adji.

Manurut Pandji, di sinilah pentingnya menanamkan rasa memiliki Indonesia. ”Kalau kita sudah punya rasa memiliki, ketika pulang dari sekolah di luar negeri nanti pasti ada keinginan untuk memperbaiki Indonesia,” kata Pandji. Rasa memiliki Indonesia ini, menurut Pandji, dapat ditumbuhkan dengan melihat langsung Indonesia dari dekat.

Ajakan Berkarya Dengan Passion

Pandji mencoba membuka mata para peserta Cerita dengan melihat sejarah. Menurut sejarah, setiap perubahan di Indonesia dipicu oleh semangat pemudanya. Pergerakan tahun 1908, sumpah pemuda tahun 1928, proklamasi tahun 1945, dan reformasi tahun 1998 semuanya diinisiasi oleh pemuda. ”Semua perubahan baik dipicu oleh pemudanya, di sinilah peran pemuda khususnya mahasiswa untuk berkarya demi perubahan bangsa,” kata komedian yang kini berusia 32 tahun ini.

Cara berkarya yang paling baik, sebagaimana diungkapkan Pandji, adalah dengan berkarya sesuai dengan minat yang kita miliki. Minat ini yang biasa kita kenal dengan istilah passion. ”Passion akan mengantarkan kita melahirkan karya inovatif untuk negeri,” kilahnya.

Bagi Pandji, yang dibutuhkan seseorang untuk menemukan passion adalah keluar dari rutinitas dan menjalani aktivitas yang kita gemari. ”Kalau kamu merasa senang bekerja dalam suatu bidang meski tak dibayar, maka itu passion kamu,” terang Pandji yang juga seorang rapper dan entrepreneur ini. Karenanya, Pandji menyarankan bagi para pemuda untuk mencoba setiap aktivitas dan melahirkan karya untuk Indonesia.

Pandji mengakhiri diskusi dengan satu pesan kepada pemuda, khususnya mahasiswa yang hadir dalam acara tersebut. ”Jika tidak ada perubahan dalam suatu negeri, tanyakan pada pemudanya. Karena pemuda yang selalu bergerak di awal memimpin perubahan,” pungkas artis sekaligus penulis yang aktif dalam berbagai aktivitas sosial ini. (anl/fz)

Berita Terkait