Sebagai kawasan strategis nasional yang memiliki banyak penduduk, wilayah Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan (Gerbangkertosusila) telah mengalami peningkatan pemanfaatan sumber daya lahan yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu konsep daya dukung lingkungan untuk menjadi acuan pembangunan  wilayah tersebut.

Dr Lily Pudjiastuti ST MT selaku Kepala PPLH ITS menjelaskan bahwa selama ini telah terjadi banyak pemanfaatan ruang dan lahan yang tidak sesuai. Salah satunya ia mencontohkan beberapa daerah lereng curam yang rawan longsor, namun justru digunakan sebagai lahan pertanian. ”Hal ini menyebabkan penurunan fungsi lingkungan dan kerusakan lahan, sebab itu diperlukan suatu konsep yang jelas tentang daya dukung lingkungan,” ujarnya.

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa pemanfaatan ruang dan lahan yang tidak sesuai ini nantinya dapat menurunkan pendapatan suatu daerah. Selain perubahan iklim yang juga menjadi dampak lain dari ketidaksesuaian pemanfaatan ini. ”Pemanfaaan yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan hutan dan lahan, tentu berdampak pada perubahan iklim,” ungkap wanita yang juga dosen di Jurusan D3 Teknik Kimia ITS ini.

Oleh karena itu, hasil studi Kajian Telapak Ekologis dipaparkan dalam workshop ini terkait analisa daya dukung lingkungan di wilayah Gerbangkertosusila. Kajian Telapak Ekologis sendiri adalah suatu metode perhitungan daya dukung lingkungan dengan membandingkan lahan dan kebutuhan optimalnya. ”Diharapkan, peserta workshop juga bisa memberi tanggapan terkait hasil studi kajian ini,” tutur Lily.

Selanjutnya pada workshop ini ditunjukkan kondisi Telapak Ekologis dari kawasan Gerbangkertosusila. Kajian Telapak Ekologis ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk menyusun strategi pembangunan yang berkelanjutan serta mengantisipasi daya dukung air, kemampuan lahan, kerentanan ekosistem, dan berbagai dampak lingkungan. (ald/esy)