Berawal dari hobi kuliner dengan teman-teman memberinya inspirasi untuk bergelut dalam bisnis kuliner. Hal itu juga yang mengantarkan produknya lolos dalam Program Kreatifitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K). Tidak tanggung-tanggung sebesar Rp 5 juta ia dapatkan sebagai modal dari pendidikan tingkat tinggi (dikti) untuk merealisasikan proposalnya tersebut. Sejak saat itulah ia bersama tim serius meneruskan usaha sate batik.
Ditemui ditengah kesibukannya, Adit, biasa ia disapa dengan semangat memperkenalkan produknya. Rasa penasarannya terhadap balung pithik membuat ia mulai membayangkan sebuah resep untuk mengolahnya. Hingga akhirnya ia mendapat ide untuk membentuk tulang itu menjadi kuliner khas yaitu sate. Aneh memang ketika membayangkan apa yang bisa dimakan dari sebuah tulang.
Tentu tidak begitu menakutkan seperti yang ada dalam bayangan. Tulang ayam disini adalah tulang pilihan yang di olah langsung. Diakui dalam pembuatannya, dilakukan dua kali perlakuan untuk balung pithik. Antara lain dengan cara presto tulang ayam dan digiling agar terasa lebih empuk ketika dikunyah. Sehingga keduanya siap dibakar dan disajikan.
Jika melihat tanggapan dari konsumen, mereka memiliki penilaian yang berbeda. Beberapa orang menyukai dipresto dan sebaliknya. Hal inilah yang membuat sate bathik bertahan dengan kedua jenisnya. Kedua jenis itu disajikan sebagai variasi rasa mengikuti minat dari pembeli.
Respon konsumen juga merupakan salah satu motivasi dalam bisnisnya ini. ”mereka sangat antusias dan mendukung sate bathik,” papar lelaki asli Surabaya ini. Tanggapan itu pula lah yang turut mengantarkan sate bathik mengukir beberapa prestasi. Salah satunya adalah YBC sabetan sosro dan joy green tea.
YBC merupakan ajang kompetisi bisnis bagi wirausaha pemula dari kalangan mahasiswa. Dimana tujuannya adalah menumbuhkan minat wirausaha di kalangan mahasiswa dan merupakan akselerasi skala usaha kreatifitas mahasiswa.
Kompetisi bergengsi ini menggandeng mahasiswa yang sudah memiliki usaha kurang dari lima tahun. Dalam penilaiannya dibagi dalam empat kategori. Antara lain kuliner, distribusi, umum dan kreatif. Dan sate bathik berhasil menjadi juara dalam kategori kreatif mewakili ITS serta regional Jawa Timur. Serta mengalahkan empat puluh tim yang mewakili regional Jawa Timur.
Dalam pengalamannya, ia mendapat banyak pelajaran berharga dari agenda yang diberikan. Salah satunya adalah presetasi bisnis yang dilakukan oleh pihak sosro dan kegiatan mentoring dari pillar Business Accelerator. Yang kemudian membuka wawasannya mengenai dunia bisnis.
”Selain itu terdapat agenda keakraban yang memberikan kesempatan saya kenal dengan usaha muda lainnya” ujarnya. Dari awal Adit beserta tim cukup optimis untuk menjadi juara. Ia mengaku karena sudah memenuhi salah satu syarat utama.
Untuk kedepan sate bathik memiliki rencana untuk mengembangkan inovasi. Sebagai bocoran adalah bakso tulang dan sebagainya. Dan ia juga mempunyai keinginan untuk membuka kelas premium via order. Jadi untuk konsumen tidak perlu repot-repot jika ingin membeli produk sate bathik. Untuk saat ini produk sate bathik dapat ditemui di kafe mini Teknik Fisika.
Menurutnya dunia bisnis itu sangat menyenangkan dan tidak perlu ditakuti. Ia juga sempat menceritakan awal mula ketika ia mencoba terjun ke dunia bisnis sebelum mengenal sate bathik. Ia mencoba untuk membeli beberapa jajanan pasar yang ia titipkan di beberapa warung dan hasilnya cukup untuk menambah uang sakunya. (lik)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,