Hiruk-pikuk remaja pelajar memadati kampus di kawasan Manyar. BCC merupakan agenda lanjutan The Village. Sebelumnya, prodi ini telah melaksanakan acara Tower Construction Competition (TCC).

Memasuki tahun kelima, kuota peserta diperluas hingga wilayah Jawa-Bali. Tak tanggung-tanggung, kompetisi bergengsi ini berhasil menggandeng 109 tim dari target awal yaitu 100 tim. Para peserta adalah pelajar tingkat sekolah menengah atas.

Dengan target usia tersebut, para panitia berharap bisa menggali kreativitas anak bangsa untuk memberikan inspirasi mengenai konsep dunia teknik sipil. ”Tidak lupa pula untuk mengenalkan keprofesian teknik sipil,” ungkap Ahmad Mukhlis, penanggung jawab kegiatan tersebut.

Dalam pelaksanaannya, peserta diberi sedikit gambaran mengenai konsep dasar bangunan jembatan. Peserta hanya membawa alat pendukung seperti alat pemotong, bor, paper clip, kabel, gergaji dan sebagainya. Sedangkan bahan yang digunakan sudah disiapkan oleh panitia. Antara lain 350 buah stik es krim, 50 tusuk sate, serta 300 gram lem kayu yang digunakan untuk konstruksi jembatan.

Konsep jembatan dari stik es krim dipilih mengingat variasi model bangunan yang variatif. Tentu saja para peserta perlu memutar otak untuk membuat sesuatu yang lain dan berbeda.

Sistem penilaian dalam kompetisi ini dilakukan secara bertahap. Untuk hari pertama, penilaian dilihat dari efsiensi bahan dan ketepatan ukuran. Efisiensi bahan meliputi jumlah bahan yang dibutuhkan. Sedangkan kriteria ukuran ditentukan oleh dewan juri yang merupakan dosen Teknik Sipil sendiri.

Kriteria selanjutnya yaitu estetika dan kekuatan. Jembatan karya peserta diuji menggunakan Skyfolding. Yaitu sebuah alat berbasis sistem hidrolik yang mampu mendeteksi besar kemampuan tumpuan jembatan. Pengujian dilaksanakan pada hari kedua, Minggu (26/2). Namun sebelum diuji, seluruh karya peserta dipamerkan terlebih dahulu di mall City of Tomorrow, Surabaya.(lik/lis)