Meski mahasiswa D3 Teknik Sipil sendiri memang tidak mempelajari desain taman, mereka tetap belajar mengenai teknik perencanaannya. Tapi bukan itu alasan mereka membuat kompetisi ini. ”Kami ingin membuat kegiatan yang berhubungan langsung dengan alam,” tutur Abdurrab Nawabuddin Haqqoni selaku ketua penyelenggara.
”Lomba seperti ini baru pertama kali ada di Jawa Timur,” tambah mahasiswa angkatan 2011 ini. Menjadi pencetus lomba berkonsep miniatur taman, bukan berarti lomba bertema Amazing Park 2012 ini sepi peminat. Sebanyak 55 tim dari siswa-siswi SMA dan SMK dari Gresik, Malang, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan turut berpartisipasi dalam lomba ini.
Untuk menyelesaikan maket berukuran 30×50 cm, para peserta hanya diberi waktu enam jam. Semuanya harus dipamerkan dan dipresentasikan sore itu juga. Satu tim terdiri dari dua peserta. para peserta dibatasi budget sebesar Rp 75 ribu untuk pembuatan maketnya. Karenanya, mereka dituntut untuk kreatif dan memanfaatkan bahan-bahan daur ulang. Seperti kardus, spons, kain perca, dan sebagainya.
Komunitas ini juga menggandeng pihak Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP) Kota Surabaya. Maket yang menang akan direalisasikan di sebuah lahan di daerah Semolowaru.
Penilaian atas karya peserta ditentukan berdasarkan pada tiga kriteria. Yaitu nilai fungsi sarana dan prasarana, estetika, dan ketepatan ukuran. Tim juri terdiri dari dosen D3 Teknik Sipil yang ahli di bidang arsitektur, juga perwakilan dari pihak DKP Kota Surabaya.
Dituntut untuk kreatif, para peserta pun membuat maket taman mereka dengan konsep yang beragam. ”Kami mengusung tema edukasi,” tutur Yusa Nikmaturahmah, anggota tim dari SMA Negeri 10 Malang. Meski bertema demikian, mereka tidak meninggalkan unsur permainan dalam taman, seperti ayunan, perosotan, dan sebagainya.
”Kami sengaja tidak memakai styrofoam, karena kurang ramah lingkungan,” aku Yusa. Siswi berjilbab yang juga tertarik pada dunia arsitektur ini lebih memilih menggunakan bahan kardus, kawat, dan sebagainya.
Lain lagi dengan tim dari SMA Negeri 4 Surabaya. Meski tetap bertema edukasi, taman milik Fatimatuz Zuhroh dan Pradipta Muhammad ini memiliki konsep yang lebih kompleks. Bentuknya seperti seekor kura-kura.
”Kura-kura itu kan sabar, pelan-pelan, menggambarkan kalau kita harus sabar dalam menuntut ilmu,” jelas Fatimatuz. Selain membuat taman yang asri, mereka juga menambahkan taman baca di tengah-tengah taman.
Tak mau kalah dengan tim lainnya, tim ini juga menggunakan barang-barang daur ulang. Spons menjelma menjadi pepohonan. Kulit telur dan biji-bijian pun dimanfaatkan menjadi bebatuan.(fen/lis)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi