Tidak seperti tas produk Apple biasanya, tas karya mahasiswa Desain Produk Industri ini dibuat menggunakan bahan dasar kanvas dan kulit sapi. Sedangkan untuk modelnya, tas yang biasa digunakan untuk tempat laptop atau komputer tablet itu dibentuk dengan pola potongan seperti amplop.
Bagian yang paling menarik dari tas ini adalah corak batik Tuban yang memperindah tampilan tas. ”Tas ini menggunakan aksentuasi olahan Batik Gedong Tuban, jadi batiknya diolah dulu, nggak langsung ditempel,” ujar mahasiswa angkatan 2007 itu. Ardi juga menjelaskan bahwa ada cerita yang juga disampaikan dari setiap motif batik tersebut.
Niat Ardi untuk memadukan batik dengan tas produk Apple bukannya tanpa sebab. Berdasarkan buku yang pernah ia baca, batik Tuban rupanya merupakan batik pertama yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, memadukan batik Tuban dengan Apple, yang juga brand leader untuk produk komputer, adalah suatu hal yang menurutnya menarik.
Proses pembuatan tas ini diakui Ardi bukan hal yang mudah. Produksi tas yang melibatkan sejumlah penjahit dan pelesatri budaya batik Tuban ini memakan waktu sekitar satu tahun. ”Menentukan batik yang akan dipakai dan proses produksinya adalah hal yang nggak gampang,†tutur Ardi.
Bahkan, Ardi menambahkan, proses untuk menghasilkan batik Tuban ini dimulai dari menanam pohon kapasnya. Oleh karena itu, Ardi berpendapat bahwa menggunakan tas ini secara tidak langusng juga ikut melestarikan lingkungan dan budaya Indonesia.
Ardi pun mengaku punya rencana untuk memproduksi tas tersebut secara massal. ”Setelah lulus mungkin akan segera saya realisasikan, saya cuma minta doakan saya lulus, nanti saya kasih diskon deh,” ungkap mahasiswa yang sempat menjawarai The Best Car Design tingkat Asia Pasifik dalam acara Chem-E Car competition di Taiwan 2010 lalu.
Dari rencananya memproduksi massal tersebut, Ardi berkeinginan menyumbangkan lima persen dari hasil penjualannya kepada pengrajin Batik Gedog Tuban. ”Untuk biaya pendidikan para pengerajin di sana, karena rata-rata cuma lulusan SD dan SMP,” kata Ardi.
Pria kelahiran Bojonegoro ini mengaku, sebelumnya ia juga pernah membuat dan menjual tas dengan batik cetakan. Namun sayang bisnisnya itu tidak lagi berjalan karena keterbatasan waktu dan tenaga kerja. ”Semoga kali ini bisa berjalan dengan baik, karena karya ini belum selesai dinilai saja sudah banyak yang mau pesan,” akunya bersemangat.
Tak sampai disitu, Ardi juga berniat mengembangkan budaya dan kerajinan khas Indonesia yang lain untuk diaplikasikan ke berbagai produk. ”Ada banyak sebenarnya budaya Indonesia yang bisa dikembangkan, rencana kedepan mungkin nggak hanya batik, tapi bisa juga kain tenun, wayang dan lain-lain,” pungkas Ardi. (ald/fz)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,