ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
21 Januari 2012, 20:01

Prinsip Kesederhanaan Bantu Raih Gelar Doktor

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Wanita yang akrab dipanggil Tuti ini mempresentasikan disertasinya dengan penuh kewibawaan dan percaya diri. Sidang yang dibuka oleh Prof Dr Ir Adi Soeprijanto DEA itu terasa sangat istimewa. Tidak seperti biasanya, sidang promosi doktor ini diselenggarakan di luar Gedung Pascasarjana ITS.

Ini karena sidang saat itu digelar di ruang sidang laboratorium baru Jurusan Teknik Elektro, bersamaan dengan peresmian gedung baru tersebut. Dalam kesempatan itu, hadir pula Menteri Pendidikan Nasional sekaligus mantan Rektor ITS, Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA.

Kebetulan, beliau merupakan pembimbing wanita yang akrab dipanggil Tuti itu. Sementara Prof Dr Ir Achmad Jazidie MEng juga turut hadir sebagai asisten pembimbing. "Ini adalah anugerah dari Tuhan, dengan-Nya semua takdir ini bisa seperti sekarang," tutur Tuti. Dengan lancar, ia mampu memaparkan disertasinya yang berjudul Aplikasi Kontrol Fuzzy Hybrid pada Sistem Pendulum Kereta.

Logika Fuzzy ini sebenarnya mematahkan teori Konvensional yang diungkapkan oleh Aristoteles. Yaitu logika berdasarkan pilihan benar atau salah, ya atau tidak. ”Sedangkan  logika Fuzzy mendefinisikan ketidaktepatan, contohnya bagian dari kebenaran seperti sangat benar, benar, sedikit benar, tidak benar dan salah,” jelas Tuti.

Ia menambahkan, hal itu terjadi karena logika Fuzzy sejalan dengan logika manusia yang memiliki struktur granular. Logika Fuzzy ini juga sempat sulit diterima oleh para ilmuwan khususnya dalam bidang Teknik Elektro karena ketidaktepatannya.

Menurutnya, alasan mengapa logika Fuzzy ini digunakan dalam disertasinya karena metodologinya yang membolehkan deskripsi manusia sehingga dapat disimulasikan dengan mudah. ”Dalam banyak kasus, metodologi kontrol Fuzzy memungkinkan desainer sistem kontrol  yang lebih sederhana, murah dan hemat energi,” ujarnya.

Teori Kompleks, Model Sederhana

Seiring dengan berjalannya waktu, penerimaan terhadap konsep logika Fuzzy berkembang terutama pada kalangan ilmuwan Jepang. "Aplikasi kontrol logika Fuzzy dalam produk elektronik dari Jepang mulai bermunculan seperti pada kamera, mesin cuci dan microwave," ungkap Jazidie saat sesi tanya jawab. Melihat kondisi seperti itu, berkembang pulalah berbagai macam teori tentang sistem kontrol. Namun menurut Tuti, implementasi dari teori-teori baru itu masih jarang.

Sistem kontrol memiliki dasar utama untuk mengupayakan sistem yang tidak stabil menjadi stabil. Dengan begitu, Tuti mencoba mendesain kontrol Fuzzy hibrida pada pendulum kereta, dibangun untuk mengayunkan pendulum dari posisi pendant ke posisi terbalik. Hal ini agar menuju stabilitasnya pada pendulum kereta dan tracking sinyal referensi. Dalam sidangnya, ia memaparkan pula alasan mengapa ia mengambil model sistem pendulum kereta. "Karena bahan uji ini tidak stabil," ungkapnya.

Dalam sesi tanya jawab, Nuh sempat memuji pula hasil penelitian Tuti. Menurutnya, teori kontrol Fuzzy ini semakin lama berkembang menjadi semakin kompleks. ”Tetapi Tuti mampu mengubah kompleksitas itu dalam sebuah aplikasi yang sederhana,” paparnya.

Selama penyusunan disertasinya, Tuti juga banyak berkoordinasi Lotfi Zadeh (profesor dalam bidang Teknik Elektro yang menemukan teori himpunan Fuzzy). Berkat kontribusinya yang orisinil itu, Tuti berhasil menggenggam gelar doktornya dengan predikat cum laude.(qly/lis)

Berita Terkait