Fun Learning Class terbagi menjadi dua kelas, kelas Jepang dan kelas Jerman. Kelasnya tidak begitu ramai, tapi terbilang cukup efektif untuk proses belajar mengajar. Sekitar dua puluh orang per kelas yang hadir konsisten setiap minggunya.
Terdapat satu dosen yang secara konsisten mengajar pada setiap kelas tersebut. Kelas Jepang dibimbing oleh Dr Dhany Arifianto ST MEng, sedangkan kelas Jerman dibimbing oleh Dotty Dewi Risanti ST MT. Keduanya adalah dosen Teknik Fisika yang pernah mengecap hidup di masing-masing negara tersebut.
Gilang Romadhon, Ketua Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Mahasiswa menjelaskan bahwa terjadi pembaharuan dalam program ini. "Dulunya mahasiswa yang mengajar, sekarang diajar dengan dosen yang kompeten. Itu cukup mempengaruhi tingkat kepercayaan mahasiswa untuk belajar," tutur Gilang.
Kelas ini terbuka untuk seluruh mahasiswa Teknik Fisika. Namun biasanya hanya mereka yang konsisten sejak awal yang mampu bertahan. Maklum, mempelajari bahasa harus berlangsung terus menerus. Jika tertinggal sedikit, akan terasa sulit untuk mempelajari bagian selanjutnya.
Walau begitu, bukan hanya bahasa dari kedua negara tersebut yang dipelajari para anggota kelas. Biasanya mereka juga mempelajari kebudayaan masing-masing negara. "Sekaligus jadi motivasi teman-teman untuk kuliah di sana," ujar Gilang. Menurut Gilang, program ini sebenarnya bertujuan untuk menambah wawasan dan gambaran mahasiswa Teknik Fisika mengenai kedua negara tersebut.
Fun Learning Class telah terbentuk sejak November 2011. Kedua kelas pernah mengalami beberapa kendala. Satu di antaranya adalah jadwal yang tidak menentu. Dalam perencanaan, setiap kelas akan melakukan satu pertemuan setiap minggu. Namun jadwal ini pun disesuaikan dengan jadwal dosen pengajar dan mahasiswa anggota kelas.
Biasanya kelas Jepang sering tertunda karena bersamaan dengan jadwal praktikum. "Dulu kami ingin mengundang konsulat Jepang tapi tidak terlaksana," cerita Gilang. Mahasiswa Teknik Fisika angakatan 2009 ini menjelaskan bahwa jadwal yang sulit disatukan menjadi kendalanya. Padahal, Fun Learning Class menjadi program yang menarik minat beberapa mahasiswa.
Meskipun masih memiliki kendala yang berarti, Gilang tetap mengusahakan adanya kelas baru. "Sekarang ini kami melihat antusias belajar teman-teman. Rencananya kami ingin membuka kelas Prancis," tukas Gilang.
"Belajarnya santai. Bukan cuma belajar bahasa, tapi juga makanannya atau kebudayaan lain di Jerman," cerita Ainun Mufarikha, seorang anggota kelas Jerman.
Bagi Ainun, program ini menjadi fasilitas yang sangat menarik. Sebagian besar anggota kelas termotivasi karena keinginan mereka untuk menguasai bahasa Jerman. Pernah terlintas di benak Ainun untuk dapat melanjutkan studi ke Jerman.
"Sayang kalau cuma empat kali per semester. Harapan kami pertemuannya lebih intensif lagi," saran Ainun. Anggota kelas yang aktif bahkan ingin membentuk klub sebagai lanjutan dari program ini. Hal itu mempertimbangkan sulitnya membentuk jadwal pertemuan Fun Learning Class.(set/el)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung