ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
02 Januari 2012, 13:01

Heroes CT, Komunitas Penggemar Mainan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Keberadaan komunitas di Despro bukanlah hal yang baru. Berbeda dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), komunitas mereka lebih mengarah ke bidang desain. Selain itu, beberapa jenis komunitas seperti toys, craft, ilustrasi, tipografi, dan sebagainya tergolong berbeda dengan jenis UKM yang ada di ITS.

Komunitas Toys sendiri merupakan sebuah komunitas yang beranggotakan mahasiswa Despro yang menggemari mainan. Pada awalnya, komunitas ini hanya memproduksi mainan berjenis paper toys. Namun, seiring berjalannya waktu, komunitas  ini mulai membuat jenis-jenis mainan lain seperti plush toys, clay toys, dan recycle toys.

Setelah vacum lama sejak 2004, komunitas ini mulai bangkit kembali di tahun 2007. Bersama teman-teman satu angkatan yang berhobi sama, Salman Fariz Allutfi, mahasiswa angkatan 2007 mulai mengaktifkan kembali Heroes CT. ”Kita saling pamer toys masing-masing, biar termotivasi membuat yang lebih bagus lagi,” tutur Salman.

Sebagai pelopor kembalinya Heroes CT, Salman bertekad ingin menularkan virus toys pada mahasiswa lain. Komunitas Expo di tahun 2009 pun sukses menarik banyak mahasiswa baru untuk bergabung dengan Heroes CT.

Tak mau jago kandang, Heroes CT telah memamerkan karya-karyanya di berbagai acara di luar kampus ITS. Diantaranya, Heroes CT sempat pamer karya di acara besar di Surabaya seperti Indie Clothing Expo, dan pameran komik di Centre Culturel et de Cooperation Linguis (CCCL) Surabaya. Selain itu, mereka juga memamerkan mainannya dalam seminar internasional bertajuk International Conference on Creative Industry di Bali pada Maret 2011.

Sukses menggelar banyak pameran di Surabaya, Heroes CT berencana terus mengambil kesempatan untuk pamer karya dalam berbagai acara Himpunan Mahasiswa Despro (Hima IDE). Selain menggelar pameran, kegiatan rutin lain yang digelar adalah sharing seputar mainan.

”Kita suka berbagi update info tentang toys, selain itu kita juga memproduksi bareng-bareng,” ujar Salman yang juga sempat menjabat sebagai Sekretasis Umum Hima IDE ini.

Setelah proses produksi, komunitas ini pun kerap memasarkan karya-karya mereka. ”Toys yang bisa diproduksi massal seperti plush toys dan paper toys biasanya dijual,” jelas Salman.

Menjadi satu-satunya komunitas berbasis toys di Surabaya, komunitas yang beranggotakan 12 mahasiswa senior dan 15 mahasiswa baru 2011 ini pun bercita-cita membesarkan komunitasnya hingga menjadi komunitas toys se-Surabaya. ”Di universitas lain belum ada komunitas seperti ini, tapi yang berminat banyak,” ucap Salman.

Salman menuturkan, dulu sempat ada anggota dari Universitas Airlangga (Unair), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) dan anak-anak sekolah menengah kejuruan (SMK). ”Tapi sekarang sudah lost contact,” aku Salman.

Ia pun menyayangkan banyaknya anggota yang hanya datang dan pergi begitu saja. ”Meski begitu, saya senang menjadi bagian dari komunitas ini. Saya banyak mendapatkan pengalaman dan ilmu dari dosen, masyarakat, dan teman-teman,” tambahnya.

Plush Toys VS Recycle Toys
Plush toys adalah sebuah mainan yang dijahit dari kain atau tekstil, dan diisi dengan jerami, kacang, kapas, serat sintetis, atau bahan sejenis lainnya. Jenis mainan ini menjadi salah satu jenis mainan yang diproduksi oleh Heroes CT dan dapat dikomersilkan.

Plush Heroes CT namanya Kudos Plush, sempat diikutkan lomba business plan juga,” tutur Salman. Kudos pun berhasil menjadi salah satu finalis kategori Kreatif  dalam Sosro Joy Green Tea Youth Business Competition (YBC) 2011. Pengaplikasian Kudos Plush dapat digunakan sebagai kalung, gantungan kunci, atau sekedar dipajang sebagai koleksi.

Berbeda dengan plush toys, mainan berjenis recycle toys lebih bersifat eksklusif. Pembuatannya yang rumit membuat mainan jenis ini tidak dapat diduplikasi dalam jumlah banyak. Seperti namanya, recycle toys terbuat dari barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai.

Barang bekas seperti kabel, botol bekas deodorant, kawat, selang, serta tutup botol bekas dapat dirangkai sedemikian rupa hingga menjadi sebuah mainan yang unik dan menarik. ”Saya paling suka membuat recycle toys, soalnya terkesan baru dan berbeda dengan yang lain,” tutup Salman. (fen/rik)

Berita Terkait